Translate

Sabtu, 01 Februari 2014

KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 7


            Romlah tidak tahu apa yang harus dilakukan. Oji memiliki sifat keras kepala sama seperti dirinya. Tentu tak akan semudah itu membuat Oji menyetujui pernikahannya. Dia harus segera membicarakan ini dengan Raihan. Romlah hendak menelpon Raihan, namun ternyata yang dituju telah terlebih dahulu menelpon.
“Assalamualaikum, Romlah.” Suara Raihan terdengar ceria.
“Wa’alaikumsalam. Kebetulan kamu nelpon. Ada yang mau aku bicarain.” Romlah terdengar serius berbicara dengan Raihan.
“Raihan, aku udah nelpon Oji. Keliatannya dia belum setuju dengan rencana pernikahan kita. Menurut kamu apa yang harus kita lakukan?”
“Masalah Oji biar saya yang berbicara dengan dia. Semua ini memang harus saya yang menyelesaikannya. Bisa kamu kirimkan nomor Oji di Aussie, sayang.” Raihan mencoba memenangkan Romlah.
“Yaudah nanti aku kirim ya. Oh iya, kamu tadi nelpon mau bilang apa?”
“Oh.. Gak ada kok. Saya cuma mau denger suara kamu. Saya rindu.” Raihan tersenyum diujung telpon. Begitu juga Romlah yang tersenyum malu diperlakukan seperti itu oleh Raihan.
“Yaudah saya tunggu nomor Oji. Lebih baik kamu istirahat sekarang. Love you”
“Love you too, Raihan”
            Romlah tersenyum manis sambil memandang telpon genggamya. ZeeZee yang sedari tadi melihat tingkah Romlah ikut tersenyum bahagia.
***
            Raihan terlihat berjalan bolak-balik di ruang kerjanya. Setelah menerima nomor Oji yang dikirim Romlah, Raihan belum juga yakin untuk menelepon Oji. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakan terlebih dahulu. Bisa saja Oji langsung menutup telpon setelah tahu Raihan yang menghubungi. Raihan memutak otak agar dia dapat berbicara santai dengan Oji. Mungkinkah dia harus menemui Oji di Aussie.
             Keseriusan memikirkan masalah Oji membuat Raihan tidak menyadari kedatangan Irene. Irene hanya mengelengkan kepala melihat tingkah Raihan. Kebahagian sudah didepan mata namun seolah masih enggan digenggam. Irene melangkahkan kaki mendekati Raihan. Memegang bahunya berharap dapat memberikan ketenangan.
“Papa tenang ya. Papa kan selalu bilang Om Oji itu baik, dia gak mungkin ngecewain Tante Romlah. Lebih baik Papa sekarang telpon Om Oji. Bicara baik-baik. Insya Allah dengan niat baik, akan mendapat balasan yang baik juga dari Om Oji.” Irene tersenyum memandang Raihan. Perkataan Irene membuat Raihan tenang dan membulatkan tekat untuk menelpon Oji.
            Telpon tak kunjung diangkat membuat Raihan menjadi sedikit panic. Dia sudah tidak sabar untuk berbicara dengan Oji dan menjelaskan semuanya. Setelah 3 kali menelpon baru Oji mengangkatnya.
“Hallo. Assalamualaikum.”
“Oji..” Ucapan Raihan terhenti sampai disitu. Dia menunggu reaksi yang diberikan Oji.
“Ya.. Maaf ini siapa ya?”
“Ini Raihan, Ji”
“Ngapain Bang Raihan telpon Oji? Bang Raihan piker Oji bakal nyetujuin pernikahan abang dengan Mpok Romlah? Gak bang. Gak akan pernah.” Oji menaikkan volume suaranya. Dia memberikan penekanan pada setiap perkataan.
“Abang tau Oji marah sekali. Tapi abang mohon kali ini Oji dengerin dulu.” Raihan mencoba menenangkan suasana. Dia menarik nafas panjang sebelum memulai semua perkataannya. Irene yang sedari tadi duduk disamping Raihan memandang serius.
“Oji, abang gak pernah bermaksud untuk meninggalkan mpok kamu. Ada masalah keluarga yang harus abang selesaikan. Memang salah abang tidak memberi tahu Romlah terlebih dahulu. Abang juga memikirkan perasaan kamu. Abang tau sejak kejadian kemarin kamu sulit menerima abang. Abang mencoba mengerti itu dengan mundur perlahan dari Romlah. Abang udah coba tapi tidak bisa. Ternyata cinta kami yang mempersatukan kembali. Maafkan abang, Oji.”
            Kali ini Oji yang terdengar menarik nafas panjang. Mendengar perkataan Raihan membuatnya tidak tahu harus berbuat apalagi. Dia menyadari kepergian Raihan yang kedua ada kaitannya dengan dirinya. Bahkan mungkin dialah yang menjadi penyebab atas semua itu. Tapi itu dia lakukan untuk melindungi Romlah. Oji mencoba memperlembut suaranya.
“Bang, Oji harap abang mengerti posisi Oji. Oji hanya ingin mpok bahagia. Oji udah gak percaya lagi sama abang. Oji udah pernah kasih kesempatan abang, tapi abang sia-siain. Dan oji gak akan pernah kasih kesempatan kedua untuk siapapun yang udah nyakitin mpok Romlah. Jadi abang gak usah lagi berharap bakal milikin mpok. Oji gak akan pernah rela itu. Sampai kapanpun Oji gak akan ngasih restu sama hubungan kalian. Klo kalian tetap pada keputusan ini, jangan harap kalian akan ketemu Oji lagi.”
“Oji, kali ini mungkin abang memohon dengan sangat ke kamu. Abang berjanji tidak akan menyakiti Romlah lagi karena memang hanya Romlah yang abang cintai. Tidak ada yang lain.”
“Gak akan pernah ada pernikahan antara Bang Raihan dengan Mpok Romlah!”
            Raihan menarik nafas panjang. Usahanya sia-sia. Oji terlalu keras kepala untuk ditaklukan.
“Oji, kamu ingat saya pernah bilang klo saya tidak akan menikah kecuali dengan Romlah? Tapi saya juga tidak akan pernah menikah dengan Romlah tanpa seijin kamu. Tanpa restu dari Oji. Saya sangat menghormati Oji. Saya dan Romlah sangat menyayangi Oji. Jadi kami gak mungkin bahagia tanpa restu dari Oji. Sekarang semua ditangan Oji. Klo Oji merestui maka besok saya akan melamar Romlah. Klo Oji tidak merestui maka pernikahan itu tidak akan pernah berlangsung. Saya sangat menghargai kamu, Oji”
            Mendengar perkataan Raihan yang pasrah membuatnya berpikir kembali. Dia teringat akan perkataan Romlah yang juga bilang tidak akan menikah kecuali dengan Raihan. Hal ini menandakan keduanya memang sangat saling mencintai.
            Tiba-tiba Oji teringat Romlah yang selalu berkorban untuk dia. Untuk kebahagiaannya. Dari mereka kecil, Romlah selalu melindunginya. Selalu memberikan yang terbaik. Menjadikan dia sebagai prioritas utama dalam hidup Romlah. Tak jarang Romlah mengesampingkan kebahagiaannya demi kebahagiaan Oji.
“Bang, Oji mohon abang jaga mpok. Cintai dan sayangi dia. Jangan buat dia sedih lagi. Oji restui pernikahan kalian. Tapi klo sampai Bang Raihan sakitin mpok, abang berhadapan dengan Oji.”
            Raihan bahagia mendengar perkataan Oji. Namun tiba-tiba Raihan teringat sesuatu. Kehadiran Oji. Dia berharap Oji hadir dalam pernikahan mereka.
“Oji rasa Oji dan Nafisah gak bisa hadir di pernikahan Bang Raihan sama Mpok. Tapi Abang tenang aja, restu Oji dan Nafisah sudah sampai ke kalian. Semoga kalian bahagia.”
            Raihan tersenyum sambil menutup telpon genggamnya. Dia segera menghubungi Romlah untuk memberi tahu kabar bahagia ini berikut rencana kedatangan keluarga Raihan besok untuk melamar. Setelah mendengar kabar dari Raihan, Romlah lega namun tiba-tiba dia tegang menyadari hendak menikah dengan Raihan. Perasaan yang tidak dirasakannya sepanjang persiapan pernikahan dengan Fahmi.
***

            Selain Romlah dan Raihan, ZeeZee dan Irene adalah dua orang yang sangat bahagia dan ikut sibuk dalam persiapan pernikahan ini. Mereka ikut kesana kemari dalam mempersiapkan pernikahan yang sesungguhnya akan diselenggarakan secara sederhana seperti permintaan Romlah dulu.
“Kak ZeeZee, kakak ngerasa ada yang kurang gak sih?” Irene berkata sambil melihat-lihat rumah Romlah yang telah dihias.
“Apaan yang kurang? Perasaan semua pesanan udah pada dateng.” ZeeZee ikut melihat sekeliling rumah.
“Ihh bukan itu! Ada yang kurang loh. Masa dipernikahannya papa sama Tante Romlah gak ada Om Oji sama Tante Nafisah sih?”
“Iya juga sih.. Tapi kan Om Oji lagi sibuk tensis di Aussie, gak mungkin kan kita suruh mereka pulang. Eh, siapa bilang gak mungkin. Sini deh!” ZeeZe membisikan sesuatu kepada Irene. Mereka tersenyum usil penuh kejahilan.
***
            Hari yang ditunggupun tiba. Romlah ditemani Riyamah, sahabatnya, terlihat sedang merias diri.
“Lo cantik banget, Rom. Gue seneng banget akhirnya lo bisa dapetin kebahagiaan yang lo inginin. Gue ikut bahagia klo lo bahagia.”
“Makasih ya, Ri. Ini semua juga berkat doa lo. Makasih atas semuanya.” Romlah dan Riyamah berpelukan. Kedua sahabat karib ini berbahagia atas apa yang terjadi.
“Tante..” ZeeZee datang sambil berteriak. Romlah dan Riyamah kaget karena kelakuan keponakan kesayangan Romlah ini.
“Zee, kamu bisa gak sih klo dateng gak usah teriak-teriak dan ngagetin orang?” ZeeZee hanya tersenyum kecil.
“Maaf, tante-tante. Aku mau ngasih tau klo Om Raihan dan keluarganya udah dateng. Tante siap-siap ya.” ZeeZee kembali meninggalkan Romlah dan Riyamah.
***
            Raihan dan keluarga memasuki halaman rumah Romlah disambut oleh warga Kampung Dukuh. Namun tiba-tiba, Kardun datang dari barisan belakang warga.
“Eh Raihan, lo bener-bener ye. Lo udah nyakitin Romlah, ninggalin romlah, masih juga berani mau ngawinin dia. Lo emang gak punya malu. Romlah itu milik gue. Dia mantan istri gue yang bakal jadi istri gue lagi. Asal lo tau. Jadi gak usah lo kepedean mau kawin ama dia.”
            Raihan dan keluarga hanya tersenyum. Raihan sudah menjelaskan tentang Kardun kepada semua keluarganya. Karenanya tak ada satupun yang terganggu atas perkataan Kardun. Setelah Kardun diamankan oleh kedua istinya, prosesi pernikahanpun dilanjutkan. Raihan sudah duduk didepan penghulu menunggu Romlah keluar dari kamar.
            Raihan dia tak berkutik saat memandang Romlah yang baru keluar dari kamar. Dengan baju kebaya modern dilengkapi tata rias sederhana membuat Romlah menjadi lebih cantik. Rambut hitam yang dibuat menjuntai sebagian menambah sempurna penampilan Romlah. Kesederhanaan Romlah yang membuat Raihan tidak mampu berpaling darinya.
            Tatapan mata Romlah dan Raihan saling bertemu. Mereka tersipu malu. Perlahan tapi pasti Romlah mendekati Raihan dan duduk tepat disampingnya. Mata Raihan yang tak kunjung lepas dari Romlah membuat Romlah salah tingkah. Romlah memukul manja Raihan yang membuatnya berteriak kecil sambil mengusap bahu. Kejadian ini membuat yang hadir tertawa meliha kedua pengantin ini. Sedangkan keduanya hanya tersenyum sambil menundukan kepala.
“Baik, bisa kita mulai.” Penghulu memulai acara dengan memanjatkan doa-doa. Tak lama terdengar suara tangis yang makin lama semakin keras.
“Bos, lo tuh seharusnya kawin ama Pipi Dadun. Kenapa sih Mimi Romlah mesti kawin sama orang gila ini? Pipi Dadun kan cinta sama mimi.”
            Romlah yang mendengar perkataan Kardun harus menahan amarahnya karena tidak ingin merusak momen yang sudah lama dinanti.
“Klo ade Oji tau pasti dia gak setuju. Oji tuh cuma setuju mimi nikah sama Pipi Dadun” Kardun berkata sambil tersenyum ditengah isak tangisnya.
“Eh siapa bilang gue setuju lo nikah ama mpok? Pede banget lo.” Suara itu mengegetkan semua yang hadir.
“Oji..” Romlah berdiri dan menghampiri Oji. Mereka berpelukan sekaligus melepas rindu yang telah lama ada.
“Kok lo gak bilang bakalan dateng? Kata Raihan lo gak bisa dateng.” Romlah melihat Raihan yang telah berdiri disampingnya.
“Klo bilang-bilang bukan Surprise namanya. Tuh kerjaan anak sama keponakannya, mpok.” Dua gadis yang dimaksud hanya tersenyum.
“Yaudah lanjutin lagi deh. Udah masalah Bang Kardun gak usah diurusin.”
“Bang, klo lo masih berisik mending keluar aja deh” Ucap Oji sambil menunjuk Kardun. Kardun tertunduk takut.
            Raihan dan Romlah memeluk ZeeZee dan Irene bergantian sebelum kembali ke tempat duduknya diikuti Oji dan Nafisah yang duduk dibelakang mereka. Semua orang bahagia hari ini. Kecuali Kardun.
            Bagaimana kisah rumah tangga Raihan dan Romlah? Akankah berjalan dengan baik? Stay tune.. *kecupbasah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar