Translate

Sabtu, 01 Februari 2014

KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 8

“Sayang, saya bahagia sekali. Saya bahagia bisa menikah sama kamu. Ini impian saya dari dulu.” Raihan mengusap rambut Romlah yang kini sedang berbaring di dadanya.
“Aku juga bahagia. Aku gak nyangka perjuangan kita berakhir manis. Aku sayang banget sama kamu, Raihan.”
“Saya juga sayang sama kamu. Kita akan memulai semua berdua. Saya harap kamu mau membantu saya untuk mengarungi bahtera rumah tangga ini berdua bersama anak-anak kita.” Raihan mengecup rambut Romlah.
            Raihan dan Romlah melewatkan malam dengan penuh kebahagiaan dan cinta. Mereka mengharapkan ridho Allah dan para malaikatnya dalam mengarungi kehidupan mereka bersama. Malam ini mereka tutup dengan shalat malam sambil berdoa semoga mereka berjodoh sampai maut memisahkan.
***
            Seminggu sudah Romlah dan Raihan berstatus suami istri. Hari-hari mereka lalui dengan kebahagiaan dan canda tawa. Keberadaan ZeeZee, Irene dan Romi memberikan warna tersendiri. Romlah bahagia Irene dapat dengan cepat akrab dengan Romi. Romlah tahu bahwa Irene sangat menyayangi Romi.
“Pagi, pa. Pagi, mi.” Irene mencium pipi Raihan dan Romlah yang sudah terlebih dahulu di meja makan.
“Pagi, om. Pagi, tan.” Disusul oleh ZeeZee yang ternyata bangun paling terlambat. Irene dan ZeeZee duduk di bangku tepat berhadapan dengan Romlah.
“Zee, Om mau ngomong sama kamu.” Raihan berbicara dibarengi dengan Romlah yang mempersiapkan makanan ke piringnya.
“Ya, om.” ZeeZee seketika menoleh. Irene dan Romlah yang juga penasaran memperhatikan keduannya.
“Zee, Om gak suka dengan panggilan kamu Om Raihan dan Tante Romlah.” Raihan terlihat serius dengan pembicaraannya. ZeeZee bingung dengan apa yang dilakukan Raihan. Sedangkan Irene menatap Romlah seolah meminta kepastian tentang apa yang terjadi. Romlah hanya bisa menaikkan bahu tanda tidak tahu apa-apa.
“Klo kamu mengijinkan, om mau kamu panggil dengan sebutan papa dan mimi sama seperti Irene dan Romi.” Wajah tegang ZeeZee mengendur seketika. Dia tersenyum sambil mengangguk senang.
“Papa, Irene pikir ada apa.” Irene kembali ke posisi santainya. Karena tegang dia sampai memajukan badan agar dapat focus pada ZeeZee dan Raihan.
            Romlah dan Raihan hanya tersenyum Romlah bahagia Raihan dapat menerima semua yang terjadi dalam dirinya. Raihan tak pernah mengeluh sedikitpun. Dia tak pernah pilih kasih pada semua anak-anak mereka termasuk ZeeZee. Dan Romlah sangat setuju dengan keputusan Raihan menyamakan panggilan dari Irene, ZeeZee dan Romi walau dia sedikit risih dengan panggilan mimi karena itu mengingatkannya pada Kardun.
            Raihan sendiri tidak setuju dengan perubahan panggilan pada Romlah ataupun adanya perbedaan panggilan. Hal ini dapat menyebabkan Romi bingung karena dia masih kecil. Biar semua mengalir apa adanya dan bagaimana seharusnya.
“Pagi semuanya.” Oji dan Nafisah yang baru keluar kamar tampak rapi.
“Rapi banget, Ji. Kalian berdua mau kemana?”
“Mau pergi bentar, mpok. Mau nyari rumah kontrakan.”
“Kenapa kalian mencari rumah kontarakan? Kenapa tidak disini saja?” Raihan mencoba mencari tahu.
“Gak deh. Oji gak mau tinggal sama orang yang Oji gak suka.” Oji menjawab sinis pertanyaan Raihan. Raihan hanya tertunduk mendengar perkataan Oji.
“Ji, lo apa-apaan sih?” Romlah mencoba menjadi penengah.
            Sejak pernikahan Raihan dan Romlah, Oji selalu sinis bila berbicara dengan Raihan. Ternyata Oji belum sepenuhnya memaafkan Raihan. Tak jarang hal ini membuat Romlah dan Oji bertengkar. Romlah yang membela suaminya dianggap Oji sudah tak lagi sayang padanya. Hal ini menyebabkan terjadi perang dingin antara Raihan, Romlah dan Oji.
“Zee, Om Oji mau ngomong nih ama ZeeZee. Nanti klo ZeeZee udah besar, ZeeZee jangan cinta sama orang sampe kelewatan ya. Jangan mau dibego-begoin ama cinta. Klo tu laki-laki udah nyakitin, udah ninggalin, gak usah lagi dikasih kesempatan. Mending cari yang baru.” Oji menatap Raihan seklias. Yang ditatap tampak menundung. Wajah raihan berubah merah.
            Seminggu menikah dengan Romlah membuat Raihan harus belajar menahan malu dan amarah atas sikap Oji. Oji yang bersikap dingin hanya ditanggapi dengan senyuman. Raihan harus bersikap dewasa jika tak ingin pernikahannya kacau karena semua ini.
            Di sisi lain, Irene tampak mengepalkan tangannya. Jelas dia marah Oji selalu memperlakukan Raihan dengan cara tidak hormat. Tapi nasihat Raihan selalu dipegang Irene. Irene tidak ingin mengecewakan Raihan dan Romlah.
“Maksud Om Oji kayak Papa?”
“Bukan. Papa kamu kan laki-laki baik.”
“Maksud aku, Papa Raihan. Oh iya, om belum tau ya. Mulai hari ini aku manggil Om Raihan sama Tante Romlah itu papa dan mimi.” ZeeZee tersenyum sedangkan Oji memasang waajah cemberut.
“Klo aku jadi mimi, aku bakal ngelakuin hal yang sama. Ketika aku yakin orang itu punya cinta yang besar kenapa enggak aku memberikannya kesempatan lagi. Kan aku yakin aku bakal bahagia sama dia. Lagian klo orang yang cinta banget sama kita ninggalin kita, pasti ada factor luar yang menyebabkan dia ngelakuin itu. Misalnya seperti ancaman.” Kali ini ZeeZee menatap tajam pada Oji. Oji merasa tersindir dengan perkataan ZeeZee.
            Suasana dingin seketika berubah panas. Perkataan ZeeZee seperti membuka luka lama Raihan sekaligus membongkar rahasia Oji yang selama ini dia tutup rapat-rapat. ZeeZee tersenyum penuh kemenangan menatap Oji yang hanya tertunduk.
“Pap, papa sama mimi besok udah mulai kerja ya?” Irene membuka suara ditengah hening yang tercipta.
“Iya sayang. Klo kelamaan kan kasian perusahaannya.”
“Mimi juga gak suka lama-lama diem di rumah. Bosen.”
“Klo mimi sih emang wanita karier abis. Aku inget banget mama pernah bilang klo mimi ini pekerja keras. Jadi gak heran deh klo gak betah dirumah.”
“Tapi klo mimi dan papa udah kerja, jangan sibuk-sibuk ya.” Irene memeluk manja Raihan.
“Sayang, walau mimi kerja, mimi gak akan ngelupain tanggung jawab mimi buat negrawat kalian kok.” Romlah mengelus wajah kedua putrinya.
“Klo Cuma buat jaga anak sih mending bayar baby sister gak usah kawin.” Lagi-lagi Oji menyeletuk sinis. Raihan dan Romlah hanya bisa menarik nafas panjang melihat sikap Oji. Lain halnya dengan ZeeZee dan Irene yang mulai gerah dengan sikap Oji.
***
“Assalamualaikum, sayang. Kamu pulang jam berapa hari ini?” Raihan menghubungi Romlah yang tengah berada dikantor. Hari ini adalah hari pertama mereka beraktivitas kembali setelah cuti pernikahan.
“Wa’alaikumsalam. Aku pulang telat hari ini, bang. Kerjaan lagi numpuk banget karena ditinggal kemaren.” Romlah yang tengah didepan laptop menjawab sekenanya. Sebenarnya dia tidak ingin diganggu karena pekerjaan yang banyak.
“Kamu sudah makan siang?” Raihan tahu betul kebiasaan Romlah yang suka lupa makan bila sedang serius bekerja.
“Udah kok. Ini baru selesai. Sekarang aku lagi jalan ke ruangan buat nyelesain pekerjaan aku. Abang udah makan?” Romlah mencoba berbohong karena dia lupa kalau ini sudah masuk jam makan siang.
“Abang lagi on the way mau ketemu klien buat bicarain pekerjaan sekalian makan siang. Bener nih kamu udah makan?”
“Udah kok, bang. Ini aku baru sampe ruangan. Bang, maaf nih aku mau mulai kerja lagi, nelponnya ntar lagi ya?” Romlah mencoba mengakhiri telpon dari Raihan.
“Klo kamu dari kantin. Kenapa saya gak liat kamu dari tadi ya?” Raihan mengeluarkan kepalanya di pintu ruangan Romlah. Romlah terkejut dan malu karena ketahuan berbohong.
“Kok abang disini. Abang ngerjain aku nih. Udah ketularan ZeeZee sama Irene jailnya.” Romlah menghampiri Raihan sambil memeluk manja.
“Saya kenal sekali kamu seperti apa. Klo sudah berhadapan dengan pekerjaan pasti lupa dengan semuanya termasuk makan. Makanya saya kesini untuk memastikan bahwa istri saya tercinta makan sesuai waktunya. Saya gak mau kamu sakit, Romlah.”
“Ihh, kamu gitu deh. Maaf ya aku gak bermaksud boong. Cuma emang kerjaan lagi banyak banget. Kamu kesini bukan Cuma mau ngecek aku udah makan atau belum kan?” Romlah tersenyum manja saat melihat Raihan membawa sebungkus makanan.
“Ini untuk kita makan siang. Saya mau makan siang sama kamu, sayang.”
“Aku siapin bentar ya. Kamu duduk aja.” Romlah berjalan ke sebelah ruangannya.
Ketika sedang asik menyiapkan makanan, Romlah terkejut karena ada yang memeluknya dari belakang.
“Sayang, ini kantor loh. Klo ada yang liat kan malu.” Romlah menghadapkan tubuhnya dengan tubuh Raihan.
“Tapi ini kan ruangan pribadi kamu. Klo pun ada yang masuk pasti ketuk pintu dulu dong.” Ucap Raihan manja mempererat pelukannya pada Romlah.
“Yaudah. Ini udah siap. Kita makan yuk!” Romlah membawa semua makanan ke ruang kerja.
            Setelah semua tersaji dimeja, Romlah dan Raihan makan bersama sambil sesekali tertawa kecil. Tak sungkan bagi Romlah untuk menyuapi Raihan begitu juga sebaliknya. Mereka merasa dunia ini milik berdua. Kebahagiaan yang selama ini mereka impikan telah menjadi kenyataan.
            Lalu bagaimanakah dengan Oji? Akankah masalah ini membawa pernikahan Romlah dan Raihan berantakan? Stay tune.. *kecupbasah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar