“Sayang, saya bahagia
sekali. Saya bahagia bisa menikah sama kamu. Ini impian saya dari dulu.” Raihan
mengusap rambut Romlah yang kini sedang berbaring di dadanya.
“Aku juga bahagia. Aku gak
nyangka perjuangan kita berakhir manis. Aku sayang banget sama kamu, Raihan.”
“Saya juga sayang sama
kamu. Kita akan memulai semua berdua. Saya harap kamu mau membantu saya untuk
mengarungi bahtera rumah tangga ini berdua bersama anak-anak kita.” Raihan
mengecup rambut Romlah.
Raihan dan Romlah melewatkan malam dengan penuh kebahagiaan
dan cinta. Mereka mengharapkan ridho Allah dan para malaikatnya dalam
mengarungi kehidupan mereka bersama. Malam ini mereka tutup dengan shalat malam
sambil berdoa semoga mereka berjodoh sampai maut memisahkan.
***
Seminggu
sudah Romlah dan Raihan berstatus suami istri. Hari-hari mereka lalui dengan
kebahagiaan dan canda tawa. Keberadaan ZeeZee, Irene dan Romi memberikan warna
tersendiri. Romlah bahagia Irene dapat dengan cepat akrab dengan Romi. Romlah
tahu bahwa Irene sangat menyayangi Romi.
“Pagi, pa. Pagi, mi.” Irene
mencium pipi Raihan dan Romlah yang sudah terlebih dahulu di meja makan.
“Pagi, om. Pagi, tan.” Disusul
oleh ZeeZee yang ternyata bangun paling terlambat. Irene dan ZeeZee duduk di
bangku tepat berhadapan dengan Romlah.
“Zee, Om mau ngomong
sama kamu.” Raihan berbicara dibarengi dengan Romlah yang mempersiapkan makanan
ke piringnya.
“Ya, om.” ZeeZee
seketika menoleh. Irene dan Romlah yang juga penasaran memperhatikan keduannya.
“Zee, Om gak suka
dengan panggilan kamu Om Raihan dan Tante Romlah.” Raihan terlihat serius
dengan pembicaraannya. ZeeZee bingung dengan apa yang dilakukan Raihan. Sedangkan
Irene menatap Romlah seolah meminta kepastian tentang apa yang terjadi. Romlah
hanya bisa menaikkan bahu tanda tidak tahu apa-apa.
“Klo kamu mengijinkan,
om mau kamu panggil dengan sebutan papa dan mimi sama seperti Irene dan Romi.”
Wajah tegang ZeeZee mengendur seketika. Dia tersenyum sambil mengangguk senang.
“Papa, Irene pikir ada
apa.” Irene kembali ke posisi santainya. Karena tegang dia sampai memajukan
badan agar dapat focus pada ZeeZee dan Raihan.
Romlah dan Raihan hanya tersenyum Romlah bahagia Raihan
dapat menerima semua yang terjadi dalam dirinya. Raihan tak pernah mengeluh
sedikitpun. Dia tak pernah pilih kasih pada semua anak-anak mereka termasuk
ZeeZee. Dan Romlah sangat setuju dengan keputusan Raihan menyamakan panggilan
dari Irene, ZeeZee dan Romi walau dia sedikit risih dengan panggilan mimi
karena itu mengingatkannya pada Kardun.
Raihan sendiri tidak setuju dengan perubahan panggilan
pada Romlah ataupun adanya perbedaan panggilan. Hal ini dapat menyebabkan Romi
bingung karena dia masih kecil. Biar semua mengalir apa adanya dan bagaimana
seharusnya.
“Pagi semuanya.” Oji
dan Nafisah yang baru keluar kamar tampak rapi.
“Rapi banget, Ji. Kalian
berdua mau kemana?”
“Mau pergi bentar,
mpok. Mau nyari rumah kontrakan.”
“Kenapa kalian mencari
rumah kontarakan? Kenapa tidak disini saja?” Raihan mencoba mencari tahu.
“Gak deh. Oji gak mau
tinggal sama orang yang Oji gak suka.” Oji menjawab sinis pertanyaan Raihan.
Raihan hanya tertunduk mendengar perkataan Oji.
“Ji, lo apa-apaan sih?”
Romlah mencoba menjadi penengah.
Sejak pernikahan Raihan dan Romlah, Oji selalu sinis bila
berbicara dengan Raihan. Ternyata Oji belum sepenuhnya memaafkan Raihan. Tak jarang
hal ini membuat Romlah dan Oji bertengkar. Romlah yang membela suaminya
dianggap Oji sudah tak lagi sayang padanya. Hal ini menyebabkan terjadi perang
dingin antara Raihan, Romlah dan Oji.
“Zee, Om Oji mau
ngomong nih ama ZeeZee. Nanti klo ZeeZee udah besar, ZeeZee jangan cinta sama
orang sampe kelewatan ya. Jangan mau dibego-begoin ama cinta. Klo tu laki-laki
udah nyakitin, udah ninggalin, gak usah lagi dikasih kesempatan. Mending cari
yang baru.” Oji menatap Raihan seklias. Yang ditatap tampak menundung. Wajah raihan
berubah merah.
Seminggu menikah dengan Romlah membuat Raihan harus
belajar menahan malu dan amarah atas sikap Oji. Oji yang bersikap dingin hanya
ditanggapi dengan senyuman. Raihan harus bersikap dewasa jika tak ingin
pernikahannya kacau karena semua ini.
Di sisi lain, Irene tampak mengepalkan tangannya. Jelas dia
marah Oji selalu memperlakukan Raihan dengan cara tidak hormat. Tapi nasihat
Raihan selalu dipegang Irene. Irene tidak ingin mengecewakan Raihan dan Romlah.
“Maksud Om Oji kayak
Papa?”
“Bukan. Papa kamu kan
laki-laki baik.”
“Maksud aku, Papa Raihan.
Oh iya, om belum tau ya. Mulai hari ini aku manggil Om Raihan sama Tante Romlah
itu papa dan mimi.” ZeeZee tersenyum sedangkan Oji memasang waajah cemberut.
“Klo aku jadi mimi, aku
bakal ngelakuin hal yang sama. Ketika aku yakin orang itu punya cinta yang
besar kenapa enggak aku memberikannya kesempatan lagi. Kan aku yakin aku bakal
bahagia sama dia. Lagian klo orang yang cinta banget sama kita ninggalin kita,
pasti ada factor luar yang menyebabkan dia ngelakuin itu. Misalnya seperti
ancaman.” Kali ini ZeeZee menatap tajam pada Oji. Oji merasa tersindir dengan
perkataan ZeeZee.
Suasana dingin seketika berubah panas. Perkataan ZeeZee
seperti membuka luka lama Raihan sekaligus membongkar rahasia Oji yang selama
ini dia tutup rapat-rapat. ZeeZee tersenyum penuh kemenangan menatap Oji yang
hanya tertunduk.
“Pap, papa sama mimi
besok udah mulai kerja ya?” Irene membuka suara ditengah hening yang tercipta.
“Iya sayang. Klo kelamaan
kan kasian perusahaannya.”
“Mimi juga gak suka
lama-lama diem di rumah. Bosen.”
“Klo mimi sih emang
wanita karier abis. Aku inget banget mama pernah bilang klo mimi ini pekerja
keras. Jadi gak heran deh klo gak betah dirumah.”
“Tapi klo mimi dan papa
udah kerja, jangan sibuk-sibuk ya.” Irene memeluk manja Raihan.
“Sayang, walau mimi
kerja, mimi gak akan ngelupain tanggung jawab mimi buat negrawat kalian kok.”
Romlah mengelus wajah kedua putrinya.
“Klo Cuma buat jaga
anak sih mending bayar baby sister
gak usah kawin.” Lagi-lagi Oji menyeletuk sinis. Raihan dan Romlah hanya bisa
menarik nafas panjang melihat sikap Oji. Lain halnya dengan ZeeZee dan Irene
yang mulai gerah dengan sikap Oji.
***
“Assalamualaikum,
sayang. Kamu pulang jam berapa hari ini?” Raihan menghubungi Romlah yang tengah
berada dikantor. Hari ini adalah hari pertama mereka beraktivitas kembali
setelah cuti pernikahan.
“Wa’alaikumsalam. Aku pulang
telat hari ini, bang. Kerjaan lagi numpuk banget karena ditinggal kemaren.”
Romlah yang tengah didepan laptop menjawab sekenanya. Sebenarnya dia tidak ingin
diganggu karena pekerjaan yang banyak.
“Kamu sudah makan
siang?” Raihan tahu betul kebiasaan Romlah yang suka lupa makan bila sedang
serius bekerja.
“Udah kok. Ini baru
selesai. Sekarang aku lagi jalan ke ruangan buat nyelesain pekerjaan aku. Abang
udah makan?” Romlah mencoba berbohong karena dia lupa kalau ini sudah masuk jam
makan siang.
“Abang lagi on the way mau ketemu klien buat
bicarain pekerjaan sekalian makan siang. Bener nih kamu udah makan?”
“Udah kok, bang. Ini aku
baru sampe ruangan. Bang, maaf nih aku mau mulai kerja lagi, nelponnya ntar
lagi ya?” Romlah mencoba mengakhiri telpon dari Raihan.
“Klo kamu dari kantin. Kenapa
saya gak liat kamu dari tadi ya?” Raihan mengeluarkan kepalanya di pintu
ruangan Romlah. Romlah terkejut dan malu karena ketahuan berbohong.
“Kok abang disini. Abang
ngerjain aku nih. Udah ketularan ZeeZee sama Irene jailnya.” Romlah menghampiri
Raihan sambil memeluk manja.
“Saya kenal sekali kamu
seperti apa. Klo sudah berhadapan dengan pekerjaan pasti lupa dengan semuanya
termasuk makan. Makanya saya kesini untuk memastikan bahwa istri saya tercinta
makan sesuai waktunya. Saya gak mau kamu sakit, Romlah.”
“Ihh, kamu gitu deh. Maaf
ya aku gak bermaksud boong. Cuma emang kerjaan lagi banyak banget. Kamu kesini
bukan Cuma mau ngecek aku udah makan atau belum kan?” Romlah tersenyum manja
saat melihat Raihan membawa sebungkus makanan.
“Ini untuk kita makan
siang. Saya mau makan siang sama kamu, sayang.”
“Aku siapin bentar ya. Kamu
duduk aja.” Romlah berjalan ke sebelah ruangannya.
Ketika
sedang asik menyiapkan makanan, Romlah terkejut karena ada yang memeluknya dari
belakang.
“Sayang, ini kantor
loh. Klo ada yang liat kan malu.” Romlah menghadapkan tubuhnya dengan tubuh
Raihan.
“Tapi ini kan ruangan
pribadi kamu. Klo pun ada yang masuk pasti ketuk pintu dulu dong.” Ucap Raihan
manja mempererat pelukannya pada Romlah.
“Yaudah. Ini udah siap.
Kita makan yuk!” Romlah membawa semua makanan ke ruang kerja.
Setelah semua tersaji dimeja, Romlah dan Raihan makan
bersama sambil sesekali tertawa kecil. Tak sungkan bagi Romlah untuk menyuapi
Raihan begitu juga sebaliknya. Mereka merasa dunia ini milik berdua. Kebahagiaan
yang selama ini mereka impikan telah menjadi kenyataan.
Lalu bagaimanakah dengan Oji? Akankah masalah ini membawa
pernikahan Romlah dan Raihan berantakan? Stay tune.. *kecupbasah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar