KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 11
“Bang, kok jadi begini?”
Nafisa menangis dipelukan Oji. Oji yang mencoba tetap tegar menghadapi masalahnya
hanya bisa terdiam. Tatapan matanya kosong. Dia tak tahu harus berbuat apa.
ZeeZee dan Irene yang berada disitu ikut terdiam
melihatnya. Mereka tentu tidak tahu harus membantu apa. Hanya doa yang mampu
mereka berikan agar semua masalah ini cepat terselesaikan.
Keheningan
malam itu menambah sakit pada diri Nafisa. Air matanya tak kunjung berhenti, sudah
terbayang dibenaknya hidup sendiri tanpa suami tercinta. Dipandanginya wajah
Oji. Ada rasa takut yang begitu besar terpancar dari keduanya.
“Oji..” Romlah yang
baru tiba langsung berlari memeluk Oji. Raihan berjalan pelan, menyaksikan
peristiwa yang membuatnya harus mampu menahan air mata.
“Ji, kenapa ini bisa
terjadi? Kenapa lo ngelakuin ini?” Romlah menodong Oji dengan beragam
pertanyaan. Oji hanya bisa memandang Romlah. Sejak peristiwa penangkapan itu,
tak ada satu katapun keluar dari mulut Oji.
“Sayang, kamu tenang
ya. Jangan kamu malah buat panic semuanya. Lebih baik kita duduk dulu.” Raihan
mencoba menenangkan keadaan.
“Oji, saya percaya
sekali dengan kamu. Kamu gak mungkin melakukan ini. Insya Allah semua akan
berjalan dengan baik.” Ucapan Raihan terdengar yakin. Tak lama Raihan ijin
untuk pergi menghubungi seseorang.
Selama berada di kantor polisi, Romlah tak pernah
melepaskan genggaman tangannya ke Oji. Dia tak pernah mampu berpisah dari Oji
dengan cara seperti ini. Tatapan kakak beradik ini terus tertuju satu sama lain
walau tanpa isi. Mereka menatap kosong.
“Sayang, saya sudah
menghubungi pengacara keluarga kita. Mereka akan mengunjungi Oji besok. Saya harap
Oji mau bekerja sama untuk menceritakan semuanya.” Romlah dan Nafisa tersenyum
mendengar ucapan Raihan. Sedangkan Oji menunduk lesu.
“ZeeZee, apa kamu bawa
mobil?”
“Iya, pap. Tadi aku,
tante Nafisa dan Irene kesini bawa mobil sendiri.”
“Yaudah, karena ini
juga sudah malam lebih baik kalian pulang dan istirahat. Biar Oji juga bisa istirahat.”
“Trus kamu mau kemana?”
Romlah melangkah mendekati Raihan
“Saya mau ke kantor
kamu. Sekalian saya mau ijin sama Oji untuk masuk ke ruangannya dan mengambil
semua bukti-bukti yang dapat membebaskannya.” Raihan menatap Oji yang tak
mengeluarkan reaksi apapun.
“Tapi kamu kan juga
belum istirahat. Kamu juga tadi bantuin aku kerja, pasti kamu cape banget.”
Romlah menatap kuatir pada Raihan. Raihan hanya tersenyum dan menatap tegas.
“Sayang, kita hanya
punya waktu sedikit. Semakin cepat kita menemukan bukti bahwa Oji tidak
bersalah, semakin cepat Oji berkumpul lagi bersama kita.” Raihan mengenggam
tangan Romlah untuk meyakinkannya.
Setelah semua berpamitan, Oji kembali ke ruangan tempat
dia beristirahat. Romlah, Nafisa, ZeeZee dan Irene hanya terdiam sepanjang
perjalanan pulang. Mereka asik dengan pikiran masing-masing. Tak jarang
sesekali mereka mengusap air mata yang jatuh membayangkan nasib Oji ke
depannya.
Raihan memancu mobilnya kembali ke kantor Romlah. Ditemani
satpam kantor, Raihan masuk ke ruangan Oji dan memeriksa semua berkas. Setelah menemukan
berkas-berkas yang dirasa penting, Raihan kembali ke rumah.
Setelah membersihkan diri, Raihan kembali berkutat dengan
berkas-berkas yang dikumpulkannya dari ruang kerja Oji. Dipahaminya satu per
satu perjanjian yang dibuat antara perusahan Romlah dengan perusahan yang
melaporkan Oji telah melakukan penipuan. Setiap detail perjanjian dan system kerja
dipahami Raihan.
***
Romlah terbangun dari tidurnya. Romlah kaget karena tak
mendapati Raihan di kamar. Dengan rasa ngantuk dan lelah yang masih
menggelayut, Romlah melangkah keluar kamar. Setelah memeriksa ruang tamu dan
ruang keluarga, Romlah tak juga mendapati Raihan. Dilihatnya ruang kerja Raihan
dalam posisi lampu nyala.
“Sayang, kok kamu gak
tidur?”
“Ya Allah, Romlah, kamu
buat saya terkejut.” Raiahn mengalikan pandangan pad Romlah yang berdiri
diambang pintu.
“Sayang, kamu harus
istirahat. Klo kamu sakit yang bantuin Oji siapa? Yang disamping aku siapa?”
Romlah melangkah mendekati Raihan yang masih duduk di meja kerja dengan
berbagai berkas dihadapan. Romlah memijit pundak Raihan perlahan.
“Aku gak mau kamu
sakit.”
“Saya tidak
kenapa-kenapa kok. Kamu percaya ya sama saya.” Raihan tersenyum memandang wajah
Romlah yang memperlihatkan kekuatiran yang mendalam.
“Lebih baik kamu
sekarang istirahat.”
“Aku gak mau ke kamar
klo gak sama kamu.” Romlah merajuk dan duduk tepat dihadapan Raihan.
“Begini saja, kamu ke
kamar duluan nanti saya menyusul. Ini tinggal sedikit lagi yang harus saya baca.”
Romlah menggelengkan kepala. Raihan memohon sambil mengenggam tangan Romlah. Ternyata
Romlah cukup keras kepala, dia tidak mau sedikitpun bergeser dari tempatnya.
Dengan berat hati, Raihan menutup dan membereskan semua
berkas yang ada di atas meja kerjanya. Digandengan tangan Romlah menuju kamar.
Romlah mengelayut manja disamping Raihan.
“Bang, Oji pasti bebas
kan?” Romlah mengajukan pertanyaan serius saat mereka sampai di tempat tidur. Raut
muka Romlah berubah menjadi serius dengan air mata yang tiba-tiba membasahi.
“Sayang, saya akan
berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan Oji.” Dihapus Raihan air mata Romlah. Kini
mereka tertidur dengan lelap karena lelah yang sudah merajai. Berharap semua
yang terjadi hanyalah mimpi dan berubah ketika bangun nanti.
***
Pagi ini Raihan sudah berangkat tanpa sarapan. Dia akan
berbicara dengan pengacara atas apa yang sudah didapatkannya dari berkas-berkas
yang dimiliki Oji. Raihan berharap ini dapat membantu dalam proses pembuktian
bahwa Oji tidak bersalah.
Berhari-hari Raihan sibuk berkutat pada masalah hukum
Oji. Semua dilakukan karena percaya Oji tidak mungkin melakukan semua yang
dituduhkan. Setelah melakukan beberapa kali pemeriksaan, akhirnya Oji
dinyatakan tidak bersalah. Oji dibebaskan tepat seminggu setelah
penangkapannya.
Romlah, Nafisa, ZeeZee dan Irene menjemput Oji tanpa
Raihan yang sudah terlebih dahulu berangkat untuk mengurus keperluan pembebasan
Oji. Ini merupakan hari yang ditunggu-tunggu mereka. Mereka sudah tidak sabar
untuk berkumpul kembali melewati hari bersama.
“Naf, maafin bang Oji
ya.” Oji memeluk Nafisa untuk menumpahkan rindunya.
“Iya, bang. Bang Oji
janji ya gak akan ninggalin Nafisa lagi.”
“Mpok, makasih ya atas
semuanya.” Oji memeluk Romlah
“Iya, Ji.”
“Mpok, bang Raihan
mana?” Oji mencari-cari Raihan disekitar mereka.
“Bang Raihan masih
bicara sama pengacara kita, Ji”
Ketika mereka sedang asik mengobrol, ZeeZee dan Irene
datang membawa makanan.
“Mending kita makan
dulu. Lumayan buat ganjel perut.” ZeeZee membagi gorengan yang dibelinya.
“Irene, om Oji mau
ngomong sebentar boleh?”
“Silahkan, om.” Irene
tersenyum mendekati Oji
“Om mau minta maaf atas
semua yang udah om ucapin ke kamu. Semoga kamu bisa maafin om ya.”
“Iya, om. Aku udah
maafin kok.” Oji memeluk Irene sampai meneteskan air mata.
Raihan datang bersama pengacara mereka setelah selesai
membereskan berkas-berkas Oji. Setelah berbicara sebentar, pengacara keluarga
berpamitan. Romlah, Raihan, dan lainnya pun pulang ke rumah untuk beristirahat.
Ketika Raihan sedang konsentrasi menyetir, Romlah terlihat tidak nyaman dengan
menutup hidungnya beberapa kali.
“Bang, tadi kemana aja
sih?” Raihan yang ditanya terkejut
“Kita kan seharian
mengurusi Oji. Kok kamu malah Tanya aku kemana?”
“Kamu jangan boong ah. Kamu
ketemu siapa hari ini?”
“Saya seharian bersama
pengacara dan Oji.”
“Pengacara kita ada
yang perempuan?”
“Ya gak ada dong,
sayang. Kan kamu kenal sama pengacara kita.”
“Kamu boong ah.”
Romlah cemberut. Apa yang terjadi dengan Romlah? Apa yang
sudah dilakukan oleh Raihan? Stay tune.. *kecupbasah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar