Translate

Minggu, 09 Februari 2014

KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 11

“Bang, kok jadi begini?” Nafisa menangis dipelukan Oji. Oji yang mencoba tetap tegar menghadapi masalahnya hanya bisa terdiam. Tatapan matanya kosong. Dia tak tahu harus berbuat apa.

            ZeeZee dan Irene yang berada disitu ikut terdiam melihatnya. Mereka tentu tidak tahu harus membantu apa. Hanya doa yang mampu mereka berikan agar semua masalah ini cepat terselesaikan.

Keheningan malam itu menambah sakit pada diri Nafisa. Air matanya tak kunjung berhenti, sudah terbayang dibenaknya hidup sendiri tanpa suami tercinta. Dipandanginya wajah Oji. Ada rasa takut yang begitu besar terpancar dari keduanya.

“Oji..” Romlah yang baru tiba langsung berlari memeluk Oji. Raihan berjalan pelan, menyaksikan peristiwa yang membuatnya harus mampu menahan air mata.

“Ji, kenapa ini bisa terjadi? Kenapa lo ngelakuin ini?” Romlah menodong Oji dengan beragam pertanyaan. Oji hanya bisa memandang Romlah. Sejak peristiwa penangkapan itu, tak ada satu katapun keluar dari mulut Oji.

“Sayang, kamu tenang ya. Jangan kamu malah buat panic semuanya. Lebih baik kita duduk dulu.” Raihan mencoba menenangkan keadaan.

“Oji, saya percaya sekali dengan kamu. Kamu gak mungkin melakukan ini. Insya Allah semua akan berjalan dengan baik.” Ucapan Raihan terdengar yakin. Tak lama Raihan ijin untuk pergi menghubungi seseorang.

            Selama berada di kantor polisi, Romlah tak pernah melepaskan genggaman tangannya ke Oji. Dia tak pernah mampu berpisah dari Oji dengan cara seperti ini. Tatapan kakak beradik ini terus tertuju satu sama lain walau tanpa isi. Mereka menatap kosong.

“Sayang, saya sudah menghubungi pengacara keluarga kita. Mereka akan mengunjungi Oji besok. Saya harap Oji mau bekerja sama untuk menceritakan semuanya.” Romlah dan Nafisa tersenyum mendengar ucapan Raihan. Sedangkan Oji menunduk lesu.

“ZeeZee, apa kamu bawa mobil?”

“Iya, pap. Tadi aku, tante Nafisa dan Irene kesini bawa mobil sendiri.”

“Yaudah, karena ini juga sudah malam lebih baik kalian pulang dan istirahat. Biar Oji juga bisa istirahat.”

“Trus kamu mau kemana?” Romlah melangkah mendekati Raihan

“Saya mau ke kantor kamu. Sekalian saya mau ijin sama Oji untuk masuk ke ruangannya dan mengambil semua bukti-bukti yang dapat membebaskannya.” Raihan menatap Oji yang tak mengeluarkan reaksi apapun.

“Tapi kamu kan juga belum istirahat. Kamu juga tadi bantuin aku kerja, pasti kamu cape banget.” Romlah menatap kuatir pada Raihan. Raihan hanya tersenyum dan menatap tegas.

“Sayang, kita hanya punya waktu sedikit. Semakin cepat kita menemukan bukti bahwa Oji tidak bersalah, semakin cepat Oji berkumpul lagi bersama kita.” Raihan mengenggam tangan Romlah untuk meyakinkannya.

            Setelah semua berpamitan, Oji kembali ke ruangan tempat dia beristirahat. Romlah, Nafisa, ZeeZee dan Irene hanya terdiam sepanjang perjalanan pulang. Mereka asik dengan pikiran masing-masing. Tak jarang sesekali mereka mengusap air mata yang jatuh membayangkan nasib Oji ke depannya.

            Raihan memancu mobilnya kembali ke kantor Romlah. Ditemani satpam kantor, Raihan masuk ke ruangan Oji dan memeriksa semua berkas. Setelah menemukan berkas-berkas yang dirasa penting, Raihan kembali ke rumah.

            Setelah membersihkan diri, Raihan kembali berkutat dengan berkas-berkas yang dikumpulkannya dari ruang kerja Oji. Dipahaminya satu per satu perjanjian yang dibuat antara perusahan Romlah dengan perusahan yang melaporkan Oji telah melakukan penipuan. Setiap detail perjanjian dan system kerja dipahami Raihan.

***

            Romlah terbangun dari tidurnya. Romlah kaget karena tak mendapati Raihan di kamar. Dengan rasa ngantuk dan lelah yang masih menggelayut, Romlah melangkah keluar kamar. Setelah memeriksa ruang tamu dan ruang keluarga, Romlah tak juga mendapati Raihan. Dilihatnya ruang kerja Raihan dalam posisi lampu nyala.

“Sayang, kok kamu gak tidur?”

“Ya Allah, Romlah, kamu buat saya terkejut.” Raiahn mengalikan pandangan pad Romlah yang berdiri diambang pintu.

“Sayang, kamu harus istirahat. Klo kamu sakit yang bantuin Oji siapa? Yang disamping aku siapa?” Romlah melangkah mendekati Raihan yang masih duduk di meja kerja dengan berbagai berkas dihadapan. Romlah memijit pundak Raihan perlahan.

“Aku gak mau kamu sakit.”

“Saya tidak kenapa-kenapa kok. Kamu percaya ya sama saya.” Raihan tersenyum memandang wajah Romlah yang memperlihatkan kekuatiran yang mendalam.

“Lebih baik kamu sekarang istirahat.”

“Aku gak mau ke kamar klo gak sama kamu.” Romlah merajuk dan duduk tepat dihadapan Raihan.

“Begini saja, kamu ke kamar duluan nanti saya menyusul. Ini tinggal sedikit lagi yang harus saya baca.” Romlah menggelengkan kepala. Raihan memohon sambil mengenggam tangan Romlah. Ternyata Romlah cukup keras kepala, dia tidak mau sedikitpun bergeser dari tempatnya.

            Dengan berat hati, Raihan menutup dan membereskan semua berkas yang ada di atas meja kerjanya. Digandengan tangan Romlah menuju kamar. Romlah mengelayut manja disamping Raihan.

“Bang, Oji pasti bebas kan?” Romlah mengajukan pertanyaan serius saat mereka sampai di tempat tidur. Raut muka Romlah berubah menjadi serius dengan air mata yang tiba-tiba membasahi.

“Sayang, saya akan berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan Oji.” Dihapus Raihan air mata Romlah. Kini mereka tertidur dengan lelap karena lelah yang sudah merajai. Berharap semua yang terjadi hanyalah mimpi dan berubah ketika bangun nanti.

***

            Pagi ini Raihan sudah berangkat tanpa sarapan. Dia akan berbicara dengan pengacara atas apa yang sudah didapatkannya dari berkas-berkas yang dimiliki Oji. Raihan berharap ini dapat membantu dalam proses pembuktian bahwa Oji tidak bersalah.

            Berhari-hari Raihan sibuk berkutat pada masalah hukum Oji. Semua dilakukan karena percaya Oji tidak mungkin melakukan semua yang dituduhkan. Setelah melakukan beberapa kali pemeriksaan, akhirnya Oji dinyatakan tidak bersalah. Oji dibebaskan tepat seminggu setelah penangkapannya.

            Romlah, Nafisa, ZeeZee dan Irene menjemput Oji tanpa Raihan yang sudah terlebih dahulu berangkat untuk mengurus keperluan pembebasan Oji. Ini merupakan hari yang ditunggu-tunggu mereka. Mereka sudah tidak sabar untuk berkumpul kembali melewati hari bersama.

“Naf, maafin bang Oji ya.” Oji memeluk Nafisa untuk menumpahkan rindunya.

“Iya, bang. Bang Oji janji ya gak akan ninggalin Nafisa lagi.”

“Mpok, makasih ya atas semuanya.” Oji memeluk Romlah

“Iya, Ji.”

“Mpok, bang Raihan mana?” Oji mencari-cari Raihan disekitar mereka.

“Bang Raihan masih bicara sama pengacara kita, Ji”

            Ketika mereka sedang asik mengobrol, ZeeZee dan Irene datang membawa makanan.

“Mending kita makan dulu. Lumayan buat ganjel perut.” ZeeZee membagi gorengan yang dibelinya.

“Irene, om Oji mau ngomong sebentar boleh?”

“Silahkan, om.” Irene tersenyum mendekati Oji

“Om mau minta maaf atas semua yang udah om ucapin ke kamu. Semoga kamu bisa maafin om ya.”

“Iya, om. Aku udah maafin kok.” Oji memeluk Irene sampai meneteskan air mata.

            Raihan datang bersama pengacara mereka setelah selesai membereskan berkas-berkas Oji. Setelah berbicara sebentar, pengacara keluarga berpamitan. Romlah, Raihan, dan lainnya pun pulang ke rumah untuk beristirahat. Ketika Raihan sedang konsentrasi menyetir, Romlah terlihat tidak nyaman dengan menutup hidungnya beberapa kali.

“Bang, tadi kemana aja sih?” Raihan yang ditanya terkejut

“Kita kan seharian mengurusi Oji. Kok kamu malah Tanya aku kemana?”

“Kamu jangan boong ah. Kamu ketemu siapa hari ini?”

“Saya seharian bersama pengacara dan Oji.”

“Pengacara kita ada yang perempuan?”

“Ya gak ada dong, sayang. Kan kamu kenal sama pengacara kita.”

“Kamu boong ah.”

            Romlah cemberut. Apa yang terjadi dengan Romlah? Apa yang sudah dilakukan oleh Raihan? Stay tune.. *kecupbasah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar