Translate

Minggu, 02 Februari 2014

KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 10

            Malam ini Raihan tidak bisa tidur. Keributan dengan Oji mengganggu pikirannya. Romlah yang hampir terlelap disamping Raihan menyadari kegelisahan yang dirasakan suaminya.

“Bang, istirahat yuk! Masalah yang tadi gak usah dipikirin lagi ya.” Romlah mendekatkan diri pada Raihan. Raihan menempatkan posisi berhadapan dengan Romlah. Dia memandang wajah istrinya lekat-lekat.

“Sayang, saya takut sekali kehilangan kamu.” Raihan menarik tubuh Romlah dalam pelukannya. Dipeluknya Romlah erat-erat sebagai tanda rasa takut.

“Kamu gak akan kehilangan aku, Bang.” Romlah mencoba menenangkan Raihan. Diusapnya punggung Raihan beberapa kali demi menciptakan kehangatan.

“Romlah, satu hal yang harus kamu ingat bahwa saya selalu mencintai kamu dan akan tetap mencintai kamu.” Dikecupnya kening Romlah. Tanpa disadari air mata Romlah mengalir, dia dapat merasakan betapa tulus cinta yang diberikan Raihan.

            Kini Raihan dan Romlah berbaur menjadi satu. Merasakan kehangatan tubuh satu sama lain. Keringat mereka menjadi satu. Dibawah langit berbintang malam itu, mereka membawa semua kekecewaan dan amarah diselimuti dengan cinta ke alam mimpi. Melaksanakan sunah Rasul sebagai sepasang suami istri.

***

“Sayang, bangun yuk! Nanti kita telat ke kantor loh.” Raihan membangunkan Romlah dengan mengecup keningnya. Mendapatkan perlakuan seperti itu ternyata bukan membuat Romlah terbangun, dia hanya menggeliat kecil sambil tersenyum manis namun masih dengan mata tertutup.

“Sayang, bangun dong. Klo gak bangun saya cium loh.” Raihan tersenyum nakal pada Romlah. Romlah hanya memberikan reaksi kecil dengan membuka mata sambil tetap tersenyum.

“Abang kok udah rapi? Emang sekarang jam berapa?” Romlah terkejut saat melihat Raihan yang sudah berpakaian kantor.

“Kamu capek banget ya tadi malam? Maaf ya.” Raihan semakin jahil pada Romlah. Yang dijahili hanya tersenyum manja.

“Yaudah aku mandi dulu. Abang disini aja ya jangan kemana-mana.” Romlah beranjak dari tempat tidur sambil mencium pipi Raihan. Mereka berpandangan sambil tersenyum.

            Ketika Romlah sedang merias diri, Raihan terkagum memandang Romlah tanpa henti. Tatapan matanya tak berkedip sedikitpun. Romlah yang menyadari diperhatikan membalikan badan.

“Kamu jangang liatin aku kayak gitu dong. Malu tau.” Romlah tersenyum manja. Raihan mendekat kepada Romlah.

“Sayang, pasangin dasinya dong.” Raihan bersikap manja pada Romlah pagi ini. Entah mengapa dia ingin sekali menghabiskan banyak waktu dengan Romlah.

“Sini aku pasangin.” Romlah mendekatkan diri pada Raihan.

            Ketika tangannya melingkar dibahu Raihan, tangan Raihan pun melingkar dipinggang Romlah. Kedua mata mereka kini berhadapan. Berjarak tak sampai 5 cm, deru nafas keduanya terdengar nyata di telinga masing-masing.

“Bang, akukan mau pasangin dasi. Klo sedeket ini gak bisa dong.” Romlah malah menjatukan kepalanya di bahu Raihan. Dia menikmati wangi tubuh Raihan setiap hari.

“Ya gak akan bisa dong klo kamu meluk saya juga seperti ini.” Raihan dan Romlah tetawa akan tingkah masing-masing.

“Papa.. Mimi.. Kok lama banget sih keluarnya. Aku sama Irene bisa telat ke sekolah nih.” Teriakan ZeeZee membuat mereka tersadar dari dunianya

***

            Romlah dan Raihan keluar kamar sambil bergandengan. Di meja makan sudah menunggu Nafisa, ZeeZee dan Irene.

“Oji kemana, Naf?” Raihan yang tidak melihat Oji diantara mereka menanyakannya pada Nafisa.

“Bang Oji tadi udah berangkat duluan, bang.” Nafisa menjawab sambil menunduk malu. Nafisa masih terpikir kejadian tadi malam.

“Irene, kamu gak kenapa-kenapa sayang?” Romlah mendekati tempat duduk Irene. Irene yang sedari tadi terlihat murung hanya mengangguk kecil menanggapi pertanyaan Romlah.

“Sayang, kamu gak usah dengerin omongan orang tentang hal itu, karena sampai kapanpun kamu adalah anak mimi dan papa. Gak akan ada yang bisa merubah itu. Mimi bangga punya anak kamu.” Romlah mencium Irene untuk mempertegas ucapannya.

            Raihan dan ZeeZee ikut menganggukan kepala dan tersenyum. Mendengar ucapan Romlah dan melihat Raihan, ZeeZee dan Nafisa membuat Irene tersenyum kembali. Wajahnya kembali ceria.

“Sayang, aku males banget bawa mobil. Kamu mau ya anter jemput aku hari ini?” Romlah menunjukan kemanjaannya kembali. Raihan mengangguk kecil sambil tersenyum.

***

            Raihan yang pulang terlebih dahulu menjemput Romlah ke kantornya. Karena jarak antara kantor mereka cukup jauh, Raihan terlambat menjemput. Di perjalanan, Raihan sudah kuatir bila Romlah akan merajuk karena keterlambatannya. Ternyata ketika sampai di kantor, yang bersangkutan masih asik berkutat dengan laptop.

“Bang, kerjaan aku tinggal sedikit lagi nih. Tanggung. Kamu mau ya nunggu sebentar.” Ucap Romlah sambil menyambut Raihan datang.

“Saya pikir kamu akan ngambek karena saya terlambat datang. Ternyata.. “ Raihan tersenyum sambil membuka jas kerjanya. Dia mengambil posisi santai di kursi dekat meja kerja Romlah.

            Romlah kembali serius dengan pekerjaannya, begitu juga dengan Raihan yang serius memandangi Romlah. Banyak hal yang disuka Raihan dari Romlah, salah satunya ketika Romlah sedang serius.

“Sayang, kamu serius sekali.” Raihan berbicara pelan tepat ditelinga Romlah.

“Ya ampun kamu ngagetin aja deh, bang.” Romlah yang terkejut memandang kesal pada Raihan.

“Klo lagi kesal kamu tambah cantik deh.”

“Bang, klo kamu gangguin aku terus, kita bisa tidur di kantor.” Romlah kembali berkutat dengan pekerjaanya.

“Saya rela tidur dimana saja asal dengan kamu.” Raihan mencium rambut Romlah. Romlah hanya tersenyum sambil terus bekerja.

“Sini saya bantuin.” Raihan mengambil alih laptop Romlah dengan Romlah tetap berada diantara kedua tangannya. Romlah membiarkan Raihan menyelesaikan pekerjaannya. Ditengah Raihan yang serius, Romlah asik  bermanja dilengan Raihan dengan sesekali mencium lengan suami tercinta.

            Tanpa disadari Romlah tertidur tepat ditangan Raihan. Raihan yang sebenarnya telah lelah menopang tubuh Romlah hanya tersenyum memandang bidadarinya, bahkan ketika pekerjaanya telah selesai, tak sejengkalpun Raihan bergeser dari tempatnya. Dia tak ingin mengganggu Romlah yang sedang bermimpi indah.

            Sesekali Romlah tersenyum dalam mimpinya, membuat Raihan ikut tersenyum sambil terus membelai rambut Romlah. Keasikan keduanya terganggu oleh suara dering telpon genggam Romlah.

“Sayang, maaf aku ketiduran.” Romlah merapikan penampilannya.

“Gak kenapa-kenapa kok. Itu ada yang telpon.” Raihan menunjuk telpon genggam Romlah yang tak kunjung berhenti berdering.

“Hallo. Assallamualaikum.”

“….”

“Apa? Kok bisa, Zee?”

“….”

“Iya. Mimi sama papa segera nyusul ya.”

            Raut muka Romlah terlihat panic sejak pertama mengangkat telpon. Dia bergegas membereskan semua keperluannya untuk segera pulang.

“Kamu kenapa, sayang? Kok panic gitu.” Raihan yang tak mengerti apapun mencoba tetap tenang agar tidak menambah panic Romlah.

“Oji, bang, Oji.” Kepanikan itu berubah air mata. Romlah menangis dipelukan Raihan.

“Kamu tenang. Ceritakan pelan-pelan. Oji kenapa?” Raihan mengusap rambut Romlah dalam pelukannya.

“Oji dibawa ke kantor polisi. Dia dituduh menipu rekan bisnisnya?” Tangis Romlah kian pecah mengingat masalah yang kini dihadapi adik tercinta.

“Kamu gak usah panic. Lebih baik kita segera menyusul Oji ke kantor polisi.” Dengan bergegas Raihan dan Romlah menuju mobil.

“Bang, aku takut banget Oji kenapa-kenapa.”

“Kamu tenang ya. Saya janji akan melakukan yang terbaik.” Raihan menggenggam tangan Romlah sambil terus menyetir. Jalanan Jakarta pada malam hari memang sedikit lenggang.

“Ya Allah Oji, kenapa sih lo mesti ngelakuin ini?” Romlah berbicara seolah untuk dirinya sendiri. Raihan terus mengusap tangan Romlah dalam genggamannya.

“Sayang, kamu gak perlu kuatir. Oji pasti baik-baik saja. Kita tau Oji seperti apa. Dia orang baik, gak mungkin dia melakukan semua yang dituduhkan. Kamu percaya ya.” Romlah sedikit tenang mendengar ucapan Raihan. Walau dalam hatinya, ia tetap kalut memikirkan nasib Oji.

            Bagaimmana nasib Oji selanjutnya? Akankah Raihan mampu membebaskan Oji? Stay tune.. *kecupbasah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar