KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 10
Malam ini Raihan tidak bisa tidur. Keributan dengan Oji
mengganggu pikirannya. Romlah yang hampir terlelap disamping Raihan menyadari
kegelisahan yang dirasakan suaminya.
“Bang, istirahat yuk!
Masalah yang tadi gak usah dipikirin lagi ya.” Romlah mendekatkan diri pada
Raihan. Raihan menempatkan posisi berhadapan dengan Romlah. Dia memandang wajah
istrinya lekat-lekat.
“Sayang, saya takut
sekali kehilangan kamu.” Raihan menarik tubuh Romlah dalam pelukannya.
Dipeluknya Romlah erat-erat sebagai tanda rasa takut.
“Kamu gak akan
kehilangan aku, Bang.” Romlah mencoba menenangkan Raihan. Diusapnya punggung
Raihan beberapa kali demi menciptakan kehangatan.
“Romlah, satu hal yang
harus kamu ingat bahwa saya selalu mencintai kamu dan akan tetap mencintai kamu.”
Dikecupnya kening Romlah. Tanpa disadari air mata Romlah mengalir, dia dapat
merasakan betapa tulus cinta yang diberikan Raihan.
Kini Raihan dan Romlah berbaur menjadi satu. Merasakan
kehangatan tubuh satu sama lain. Keringat mereka menjadi satu. Dibawah langit
berbintang malam itu, mereka membawa semua kekecewaan dan amarah diselimuti dengan
cinta ke alam mimpi. Melaksanakan sunah Rasul sebagai sepasang suami istri.
***
“Sayang, bangun yuk!
Nanti kita telat ke kantor loh.” Raihan membangunkan Romlah dengan mengecup
keningnya. Mendapatkan perlakuan seperti itu ternyata bukan membuat Romlah
terbangun, dia hanya menggeliat kecil sambil tersenyum manis namun masih dengan
mata tertutup.
“Sayang, bangun dong.
Klo gak bangun saya cium loh.” Raihan tersenyum nakal pada Romlah. Romlah hanya
memberikan reaksi kecil dengan membuka mata sambil tetap tersenyum.
“Abang kok udah rapi?
Emang sekarang jam berapa?” Romlah terkejut saat melihat Raihan yang sudah
berpakaian kantor.
“Kamu capek banget ya
tadi malam? Maaf ya.” Raihan semakin jahil pada Romlah. Yang dijahili hanya
tersenyum manja.
“Yaudah aku mandi dulu.
Abang disini aja ya jangan kemana-mana.” Romlah beranjak dari tempat tidur
sambil mencium pipi Raihan. Mereka berpandangan sambil tersenyum.
Ketika Romlah sedang merias diri, Raihan terkagum
memandang Romlah tanpa henti. Tatapan matanya tak berkedip sedikitpun. Romlah
yang menyadari diperhatikan membalikan badan.
“Kamu jangang liatin
aku kayak gitu dong. Malu tau.” Romlah tersenyum manja. Raihan mendekat kepada
Romlah.
“Sayang, pasangin
dasinya dong.” Raihan bersikap manja pada Romlah pagi ini. Entah mengapa dia
ingin sekali menghabiskan banyak waktu dengan Romlah.
“Sini aku pasangin.”
Romlah mendekatkan diri pada Raihan.
Ketika tangannya melingkar dibahu Raihan, tangan Raihan
pun melingkar dipinggang Romlah. Kedua mata mereka kini berhadapan. Berjarak tak
sampai 5 cm, deru nafas keduanya terdengar nyata di telinga masing-masing.
“Bang, akukan mau
pasangin dasi. Klo sedeket ini gak bisa dong.” Romlah malah menjatukan
kepalanya di bahu Raihan. Dia menikmati wangi tubuh Raihan setiap hari.
“Ya gak akan bisa dong
klo kamu meluk saya juga seperti ini.” Raihan dan Romlah tetawa akan tingkah
masing-masing.
“Papa.. Mimi.. Kok lama
banget sih keluarnya. Aku sama Irene bisa telat ke sekolah nih.” Teriakan
ZeeZee membuat mereka tersadar dari dunianya
***
Romlah dan Raihan keluar kamar sambil bergandengan. Di
meja makan sudah menunggu Nafisa, ZeeZee dan Irene.
“Oji kemana, Naf?”
Raihan yang tidak melihat Oji diantara mereka menanyakannya pada Nafisa.
“Bang Oji tadi udah
berangkat duluan, bang.” Nafisa menjawab sambil menunduk malu. Nafisa masih
terpikir kejadian tadi malam.
“Irene, kamu gak
kenapa-kenapa sayang?” Romlah mendekati tempat duduk Irene. Irene yang sedari
tadi terlihat murung hanya mengangguk kecil menanggapi pertanyaan Romlah.
“Sayang, kamu gak usah
dengerin omongan orang tentang hal itu, karena sampai kapanpun kamu adalah anak
mimi dan papa. Gak akan ada yang bisa merubah itu. Mimi bangga punya anak
kamu.” Romlah mencium Irene untuk mempertegas ucapannya.
Raihan dan ZeeZee ikut menganggukan kepala dan tersenyum.
Mendengar ucapan Romlah dan melihat Raihan, ZeeZee dan Nafisa membuat Irene
tersenyum kembali. Wajahnya kembali ceria.
“Sayang, aku males
banget bawa mobil. Kamu mau ya anter jemput aku hari ini?” Romlah menunjukan
kemanjaannya kembali. Raihan mengangguk kecil sambil tersenyum.
***
Raihan yang pulang terlebih dahulu menjemput Romlah ke
kantornya. Karena jarak antara kantor mereka cukup jauh, Raihan terlambat
menjemput. Di perjalanan, Raihan sudah kuatir bila Romlah akan merajuk karena
keterlambatannya. Ternyata ketika sampai di kantor, yang bersangkutan masih
asik berkutat dengan laptop.
“Bang, kerjaan aku
tinggal sedikit lagi nih. Tanggung. Kamu mau ya nunggu sebentar.” Ucap Romlah
sambil menyambut Raihan datang.
“Saya pikir kamu akan
ngambek karena saya terlambat datang. Ternyata.. “ Raihan tersenyum sambil
membuka jas kerjanya. Dia mengambil posisi santai di kursi dekat meja kerja
Romlah.
Romlah kembali serius dengan pekerjaannya, begitu juga
dengan Raihan yang serius memandangi Romlah. Banyak hal yang disuka Raihan dari
Romlah, salah satunya ketika Romlah sedang serius.
“Sayang, kamu serius
sekali.” Raihan berbicara pelan tepat ditelinga Romlah.
“Ya ampun kamu ngagetin
aja deh, bang.” Romlah yang terkejut memandang kesal pada Raihan.
“Klo lagi kesal kamu
tambah cantik deh.”
“Bang, klo kamu
gangguin aku terus, kita bisa tidur di kantor.” Romlah kembali berkutat dengan
pekerjaanya.
“Saya rela tidur dimana
saja asal dengan kamu.” Raihan mencium rambut Romlah. Romlah hanya tersenyum
sambil terus bekerja.
“Sini saya bantuin.”
Raihan mengambil alih laptop Romlah dengan Romlah tetap berada diantara kedua
tangannya. Romlah membiarkan Raihan menyelesaikan pekerjaannya. Ditengah Raihan
yang serius, Romlah asik bermanja
dilengan Raihan dengan sesekali mencium lengan suami tercinta.
Tanpa disadari Romlah tertidur tepat ditangan Raihan.
Raihan yang sebenarnya telah lelah menopang tubuh Romlah hanya tersenyum
memandang bidadarinya, bahkan ketika pekerjaanya telah selesai, tak
sejengkalpun Raihan bergeser dari tempatnya. Dia tak ingin mengganggu Romlah
yang sedang bermimpi indah.
Sesekali Romlah tersenyum dalam mimpinya, membuat Raihan
ikut tersenyum sambil terus membelai rambut Romlah. Keasikan keduanya terganggu
oleh suara dering telpon genggam Romlah.
“Sayang, maaf aku
ketiduran.” Romlah merapikan penampilannya.
“Gak kenapa-kenapa kok.
Itu ada yang telpon.” Raihan menunjuk telpon genggam Romlah yang tak kunjung
berhenti berdering.
“Hallo.
Assallamualaikum.”
“….”
“Apa? Kok bisa, Zee?”
“….”
“Iya. Mimi sama papa
segera nyusul ya.”
Raut muka Romlah terlihat panic sejak pertama mengangkat
telpon. Dia bergegas membereskan semua keperluannya untuk segera pulang.
“Kamu kenapa, sayang?
Kok panic gitu.” Raihan yang tak mengerti apapun mencoba tetap tenang agar
tidak menambah panic Romlah.
“Oji, bang, Oji.”
Kepanikan itu berubah air mata. Romlah menangis dipelukan Raihan.
“Kamu tenang. Ceritakan
pelan-pelan. Oji kenapa?” Raihan mengusap rambut Romlah dalam pelukannya.
“Oji dibawa ke kantor
polisi. Dia dituduh menipu rekan bisnisnya?” Tangis Romlah kian pecah mengingat
masalah yang kini dihadapi adik tercinta.
“Kamu gak usah panic.
Lebih baik kita segera menyusul Oji ke kantor polisi.” Dengan bergegas Raihan
dan Romlah menuju mobil.
“Bang, aku takut banget
Oji kenapa-kenapa.”
“Kamu tenang ya. Saya
janji akan melakukan yang terbaik.” Raihan menggenggam tangan Romlah sambil
terus menyetir. Jalanan Jakarta pada malam hari memang sedikit lenggang.
“Ya Allah Oji, kenapa
sih lo mesti ngelakuin ini?” Romlah berbicara seolah untuk dirinya sendiri.
Raihan terus mengusap tangan Romlah dalam genggamannya.
“Sayang, kamu gak perlu
kuatir. Oji pasti baik-baik saja. Kita tau Oji seperti apa. Dia orang baik, gak
mungkin dia melakukan semua yang dituduhkan. Kamu percaya ya.” Romlah sedikit
tenang mendengar ucapan Raihan. Walau dalam hatinya, ia tetap kalut memikirkan
nasib Oji.
Bagaimmana nasib Oji selanjutnya? Akankah Raihan mampu membebaskan
Oji? Stay tune.. *kecupbasah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar