KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 12
Sesampainya di rumah, tak ada sepatah katapun keluar dari
mulut Romlah. Dengan wajah cemberut Romlah langsung menuju kamar. Yang lainnya
hanya memandang heran atas perubahan sifat yang drastis pada diri Romlah.
“Lebih baik Oji dan
Nafisa istirahat dulu. ZeeZee dan Irene juga ya.”
“Bang, Oji mau bicara
sebentar boleh?” Oji mencegah langkah Raihan yang ingin menyusul Romlah.
“Oh iya Ji silahkan.”
Raihan dan Oji menuju ruang keluarga untuk berbicara sedangkan yang lainnya
menuju kamar masing-masing
Setelah sampai di ruang keluarga, Oji hanya menatap
Raihan dengan serius. Selang beberapa menit, belum ada satu katapun keluar dari
mulut keduanya.
“Bang, Oji mau minta
maaf atas semua yang udah Oji lakuin ke abang. Atas semua perlakuan Oji ke
abang. Oji bener-bener nyesel, bang. Oji minta maaf ya.” Oji menunduk malu
setelah menyelesaikan kalimat terakhirnya. Raihan menatap haru sambil melangkah
mendekati Oji.
“Oji tidak perlu pikirkan
itu lagi. Abang sudah melupakan semuanya. Yang penting sekarang kita sudah
kumpul bersama lagi. Klo ada apa-apa Oji bisa kasih tahu abang.” Raihan dan Oji
pun berpelukan menandakan berakhirnya perang dingin diantara mereka.
***
Setelah menyelesaikan permasalahannya dengan Oji, Raihan
dihadapkan pada satu permasalahan lagi yaitu perubahan Romlah. Pikiran Raihan
berputar mencari penyebab perubahan tersebut. Tak ada satu penyebabpun yang
dapat ditemukan Raihan.
“Sayang, kamu kenapa?”
Raihan mendekati Romlah yang duduk di tepi tempat tidur. Romlah yang masih
kesal membuang muka.
“Sayang..” Raihan
memegang kepala Romlah namun langsung ditepis oleh Romlah.
“Mending sekarang kamu
mandi. Aku gak suka bau wanita ditubuh kamu.” Romlah berbicara ketus tanpa
memandang Raihan. Raihan hanya mampu memandang heran.
“Bau wanita? Sayang,
saya gunakan parfum yang biasa. Dan ini gak ada bau wanita.” Raihan mencoba
memastikan bau ditubuhnya. Beberapa kali diciumnya tubuh sendiri.
“Udah gak usah pake
alasan. Mending sekarang kamu mandi.” Raihan memilih untuk tidak berdebat
dengan Romlah. Dengan perasaan heran, Raihan membersihkan diri.
“Kok bang Raihan setega
itu sih sama gue. Ngapain coba dia?” Romlah berbicara kepada dirinya sendiri.
***
Ditengah makan malam, Romlah tetap tak berbicara
sedikitpun. Matanya focus pada piring yang hanya diaduk-aduk tanpa dimakan
sedikitpun.
“Mpok, lo kenapa sih?”
Oji yang daritadi memperhatikan Romlah menjadi penasaran.
“Gue gak kenapa-kenapa.”
Romlah menjawab tanpa memperhatikan Oji.
“Sayang, dimakan ya
makanannya, jangan diliatin aja.” Raihan mencoba menenangkan suasana.
Romlah tak menghiraukan perkataan Raihan. Dia tetap tak
menyentuh makanannya sedikitpun. Rasa kesal pada Raihan menghilangkan nafsu
makannya malam ini. Kecurigaan atas sikap Raihan membuatnya tak mampu menahan
amarahnya.
“Aku ke kamar duluan.”
Romlah bangkit dari tempat duduknya sebelum akhirnya tangannya digenggam
Raihan.
“Sayang, tapi kamu
belum makan. Nanti kamu sakit.”
“Aku gak laper.” Dilepas
Romlah tangan Raihan dengan kasar. Yang lainnya hanya memandang heran atas
kejadian yang baru disaksikan mereka.
“Papa, mimi kenapa?”
Irene bertanya sambil terus memperhatikan Romlah yang melangkah tegas ke kamar.
“Papa juga tidak tahu. Semenjak
pulang tadi siang, mimi galak banget.”
“Mimi lagi M kali.” ZeeZee
menimpali sambil tersenyum.
“M kak?” Irene dengan
polos memandang ZeeZee.
“Iya, M. Mengamuk.” Irene
cemberut mendengar jawaban ZeeZee. Yang lain tertawa menyaksikan kejahilan
ZeeZee pada Irene. Sedangkan Raihan terus memandang pintu kamar yang kini sudah
tertutup rapat.
Mereka melanjutkan makan malam dengan mengobrol riang. Candaan
di ruang makan tidak masuk ke dalam memori Raihan. Pikirannya tetap terfokus
pada perubahan sikap Romlah yang membuatnya kian bingung. Raihan tidak mengerti
dimana letak kesalahan yang dilakukannya sehingga Romlah bersikap ketus.
Setelah makan malam, Raihan terus mengingat-ingat apa
yang terjadi sepanjang hari ini. Dia merenungkan setiap kejadian yang mungkin
terlewatkan. Raihan tak mampu mengingat apapun kecuali kejadian pembebasan Oji
karena memang hanya itu yang terjadi hari ini. Sepanjang hari ini dia dan
Romlah focus pada masalah pembebasan Oji.
***
Raihan memandang Romlah yang sedang tidur. Tak ada
sedikitpun perubahan pada diri Romlah. Romlah masih sama seperti dulu. Seperti saat
mereka pertama bertemu. Walau dengan cara yang tidak menyenangkan, Raihan
bersyukur Allah mempertemukannya dengan Romlah dan mengikat tali jodoh mereka. Cinta
pada pandangan pertama membuatnya harus menggunakan berbagai cara untuk
menaklukan hati Romlah.
Memandang wajah Romlah membuat Raihan bernostalgia akan
setiap kejadian dalam perjalanan cinta mereka. Perjalanan yang tidak mulus
memberikan pelajaran yang banyak bagi Raihan, terutama tentang mempertahankan
Romlah. Dia tidak ingin kehilangan Romlah.
Raihan memeluk Romlah dengan perlahan. Dia tak ingin
gerakannya menganggu tidur Romlah. Tanpa Raihan sadari, Romlah belum tertidur.
Romlah menikmati pelukan Raihan. Tapi rasa cemburu yang sudah berkecamuk dalam
dirinya tak mampu dia kendalikan. Tanpa terasa air mata Romlah jatuh. Sesungguhnya
rasa takut kehilangan Raihan lebih besar dari segalanya. Akhirnya mereka berdua
tertidur dengan perasaan masing-masing namun melalui cinta yang sama.
***
Pagi ini Raihan dan Romlah terlambat bangun. Raihan yang
terbangun terlebih dahulu tak bergerak sedikitpun saat menyadari Romlah
tertidur dalam dekapannya. Dipandanginya wajah Romlah terus menerus. Dia tidak
pernah bosan melakukan itu. Namun kali ini ada rasa takut yang menghinggapinya.
Perasaannya menunjukan bahwa masalah antara dirinya dan Romlah kali ini
bukanlah masalah kecil.
Raihan yang melihat Romlah terbangun berpura-pura tidur
kembali. Romlah yang tidak mengetahui Raihan telah bangun menikmati setiap
detak jantung Raihan. Romlah memperkuat pelukannya seolah-olah takut kehilangan.
Dia menyadari bila masalah ini benar maka besar kemungkinan dia akan kehilangan
Raihan.
Romlah melepaskan pelukannya. Dia hendak melangkah ke
kamar mandi sebelum suara Raihan mengagetkannya.
“Kok pelukannya
dilepas?” Raihan yang masih di dalam selimut tersenyum nakal. Romlah hanya
menatap Raihan datar. Segala perasaan yang berkecamuk dalam hatinya dicoba
untuk diredam. Dia tidak mau mereka bertengkar pagi-pagi. Tanpa mengeluarkan sepatah
katapun Romlah melanjutkan langkahnya ke kamar mandi. Raihan semakin heran
dengan sikap Romlah.
Pagi ini mereka sarapan berdua. Oji dan Nafisa sudah
terlebih dahulu pergi ke rumah orang tua Nafisa sedangkan ZeeZee dan Irene
telah pergi ke sekolah. Meski dengan wajah kesal, Romlah tetap menyiapkan segala
sesuatu keperluan Raihan. Namun berbeda dari hari biasanya, hari ini Romlah
tidak ingin pergi ke kantor. Rasa malas tiba-tiba menghinggapi membuatnya ingin
menghabiskan waktu di rumah.
Setelah Raihan pergi ke kantor, Romlah memutuskan mengunjungi
Riyamah. Dia ingin mengeluarkan semua rasa yang berkecamuk dihatinya. Romlah
berharap mendapatkan jalan keluar akan masalahnya. Romlah berganti pakaian dan
langsung menuju rumah Riyamah.
***
“Assalamuallaikum..”
Romlah memberikan salam sambil mengetuk pintu rumah Riyamah.
“Waalaikumsalam. Ya ampun
Romlah. Masuk, Rom.” Riyamah menyambut Romlah dengan antusias. Kedua sahabat ini
telah lama tidak bertemu seiring kesibukan mereka masing-masing.
“Lo kok tumben gak
ngantor, Rom” Riyamah mempersilahkan Romlah duduk sambil terus memegang tangan
sahabatnya itu.
“Gak tau nih. Hari ini
gue males banget mau kemana-mana. Gue kesini mau cerita ama lo.”
“Yaudah. Lo mau minum
apa?”
“Udah gak usah. Itu mah
gampang.”
“Jadi lo mau cerita
apa?” Riyamah memandang Romlah serius. Romlah menunduk dengan air mata yang
berlinang.
“Raihan, Ri.”
“Raihan kenapa? Kok lo
nangis gini.”
“Raihan selingkuh.”
“Raihan selingkuh? Kayaknya
gak mungkin banget deh, Rom. Kita semua tau betapa besar dia mencintai lo.”
“Awalnya gue juga
beranggapan kayak gitu. Tapi gue cium bau parfum wanita di kemeja kerja Raihan.
Gue apal banget bau parfum Raihan, jadi gue gak mungkin salah cium. Gue takut
kehilangan Raihan, Ri.” Tangis Romlah semakin pecah dalam pelukan Riyamah.
Riyamah tidak tahu harus berbuat apa. Hatinya berkata tidak mungkin Raihan
melakukan itu. Tapi melihat sahabatnya menangis seperti ini membuatnya berpikir
untuk mencurigai Raihan.
Apa benar Raihan selingkuh? Bagaimana dengan nasib rumah
tangga Romlah dan Raihan? Stay tune.. *kecupbasah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar