Translate

Jumat, 14 Februari 2014

KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 12



            Sesampainya di rumah, tak ada sepatah katapun keluar dari mulut Romlah. Dengan wajah cemberut Romlah langsung menuju kamar. Yang lainnya hanya memandang heran atas perubahan sifat yang drastis pada diri Romlah.



“Lebih baik Oji dan Nafisa istirahat dulu. ZeeZee dan Irene juga ya.”



“Bang, Oji mau bicara sebentar boleh?” Oji mencegah langkah Raihan yang ingin menyusul Romlah.



“Oh iya Ji silahkan.” Raihan dan Oji menuju ruang keluarga untuk berbicara sedangkan yang lainnya menuju kamar masing-masing



            Setelah sampai di ruang keluarga, Oji hanya menatap Raihan dengan serius. Selang beberapa menit, belum ada satu katapun keluar dari mulut keduanya.



“Bang, Oji mau minta maaf atas semua yang udah Oji lakuin ke abang. Atas semua perlakuan Oji ke abang. Oji bener-bener nyesel, bang. Oji minta maaf ya.” Oji menunduk malu setelah menyelesaikan kalimat terakhirnya. Raihan menatap haru sambil melangkah mendekati Oji.



“Oji tidak perlu pikirkan itu lagi. Abang sudah melupakan semuanya. Yang penting sekarang kita sudah kumpul bersama lagi. Klo ada apa-apa Oji bisa kasih tahu abang.” Raihan dan Oji pun berpelukan menandakan berakhirnya perang dingin diantara mereka.



***



            Setelah menyelesaikan permasalahannya dengan Oji, Raihan dihadapkan pada satu permasalahan lagi yaitu perubahan Romlah. Pikiran Raihan berputar mencari penyebab perubahan tersebut. Tak ada satu penyebabpun yang dapat ditemukan Raihan.



“Sayang, kamu kenapa?” Raihan mendekati Romlah yang duduk di tepi tempat tidur. Romlah yang masih kesal membuang muka.



“Sayang..” Raihan memegang kepala Romlah namun langsung ditepis oleh Romlah.



“Mending sekarang kamu mandi. Aku gak suka bau wanita ditubuh kamu.” Romlah berbicara ketus tanpa memandang Raihan. Raihan hanya mampu memandang heran.



“Bau wanita? Sayang, saya gunakan parfum yang biasa. Dan ini gak ada bau wanita.” Raihan mencoba memastikan bau ditubuhnya. Beberapa kali diciumnya tubuh sendiri.



“Udah gak usah pake alasan. Mending sekarang kamu mandi.” Raihan memilih untuk tidak berdebat dengan Romlah. Dengan perasaan heran, Raihan membersihkan diri.



“Kok bang Raihan setega itu sih sama gue. Ngapain coba dia?” Romlah berbicara kepada dirinya sendiri.



***



            Ditengah makan malam, Romlah tetap tak berbicara sedikitpun. Matanya focus pada piring yang hanya diaduk-aduk tanpa dimakan sedikitpun.



“Mpok, lo kenapa sih?” Oji yang daritadi memperhatikan Romlah menjadi penasaran.



“Gue gak kenapa-kenapa.” Romlah menjawab tanpa memperhatikan Oji.



“Sayang, dimakan ya makanannya, jangan diliatin aja.” Raihan mencoba menenangkan suasana.



            Romlah tak menghiraukan perkataan Raihan. Dia tetap tak menyentuh makanannya sedikitpun. Rasa kesal pada Raihan menghilangkan nafsu makannya malam ini. Kecurigaan atas sikap Raihan membuatnya tak mampu menahan amarahnya.



“Aku ke kamar duluan.” Romlah bangkit dari tempat duduknya sebelum akhirnya tangannya digenggam Raihan.



“Sayang, tapi kamu belum makan. Nanti kamu sakit.”



“Aku gak laper.” Dilepas Romlah tangan Raihan dengan kasar. Yang lainnya hanya memandang heran atas kejadian yang baru disaksikan mereka.



“Papa, mimi kenapa?” Irene bertanya sambil terus memperhatikan Romlah yang melangkah tegas ke kamar.



“Papa juga tidak tahu. Semenjak pulang tadi siang, mimi galak banget.”



“Mimi lagi M kali.” ZeeZee menimpali sambil tersenyum.



“M kak?” Irene dengan polos memandang ZeeZee.



“Iya, M. Mengamuk.” Irene cemberut mendengar jawaban ZeeZee. Yang lain tertawa menyaksikan kejahilan ZeeZee pada Irene. Sedangkan Raihan terus memandang pintu kamar yang kini sudah tertutup rapat.



            Mereka melanjutkan makan malam dengan mengobrol riang. Candaan di ruang makan tidak masuk ke dalam memori Raihan. Pikirannya tetap terfokus pada perubahan sikap Romlah yang membuatnya kian bingung. Raihan tidak mengerti dimana letak kesalahan yang dilakukannya sehingga Romlah bersikap ketus.



            Setelah makan malam, Raihan terus mengingat-ingat apa yang terjadi sepanjang hari ini. Dia merenungkan setiap kejadian yang mungkin terlewatkan. Raihan tak mampu mengingat apapun kecuali kejadian pembebasan Oji karena memang hanya itu yang terjadi hari ini. Sepanjang hari ini dia dan Romlah focus pada masalah pembebasan Oji.



***



            Raihan memandang Romlah yang sedang tidur. Tak ada sedikitpun perubahan pada diri Romlah. Romlah masih sama seperti dulu. Seperti saat mereka pertama bertemu. Walau dengan cara yang tidak menyenangkan, Raihan bersyukur Allah mempertemukannya dengan Romlah dan mengikat tali jodoh mereka. Cinta pada pandangan pertama membuatnya harus menggunakan berbagai cara untuk menaklukan hati Romlah.



            Memandang wajah Romlah membuat Raihan bernostalgia akan setiap kejadian dalam perjalanan cinta mereka. Perjalanan yang tidak mulus memberikan pelajaran yang banyak bagi Raihan, terutama tentang mempertahankan Romlah. Dia tidak ingin kehilangan Romlah.



            Raihan memeluk Romlah dengan perlahan. Dia tak ingin gerakannya menganggu tidur Romlah. Tanpa Raihan sadari, Romlah belum tertidur. Romlah menikmati pelukan Raihan. Tapi rasa cemburu yang sudah berkecamuk dalam dirinya tak mampu dia kendalikan. Tanpa terasa air mata Romlah jatuh. Sesungguhnya rasa takut kehilangan Raihan lebih besar dari segalanya. Akhirnya mereka berdua tertidur dengan perasaan masing-masing namun melalui cinta yang sama.



***



            Pagi ini Raihan dan Romlah terlambat bangun. Raihan yang terbangun terlebih dahulu tak bergerak sedikitpun saat menyadari Romlah tertidur dalam dekapannya. Dipandanginya wajah Romlah terus menerus. Dia tidak pernah bosan melakukan itu. Namun kali ini ada rasa takut yang menghinggapinya. Perasaannya menunjukan bahwa masalah antara dirinya dan Romlah kali ini bukanlah masalah kecil.



            Raihan yang melihat Romlah terbangun berpura-pura tidur kembali. Romlah yang tidak mengetahui Raihan telah bangun menikmati setiap detak jantung Raihan. Romlah memperkuat pelukannya seolah-olah takut kehilangan. Dia menyadari bila masalah ini benar maka besar kemungkinan dia akan kehilangan Raihan.



            Romlah melepaskan pelukannya. Dia hendak melangkah ke kamar mandi sebelum suara Raihan mengagetkannya.



“Kok pelukannya dilepas?” Raihan yang masih di dalam selimut tersenyum nakal. Romlah hanya menatap Raihan datar. Segala perasaan yang berkecamuk dalam hatinya dicoba untuk diredam. Dia tidak mau mereka bertengkar pagi-pagi. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun Romlah melanjutkan langkahnya ke kamar mandi. Raihan semakin heran dengan sikap Romlah.



            Pagi ini mereka sarapan berdua. Oji dan Nafisa sudah terlebih dahulu pergi ke rumah orang tua Nafisa sedangkan ZeeZee dan Irene telah pergi ke sekolah. Meski dengan wajah kesal, Romlah tetap menyiapkan segala sesuatu keperluan Raihan. Namun berbeda dari hari biasanya, hari ini Romlah tidak ingin pergi ke kantor. Rasa malas tiba-tiba menghinggapi membuatnya ingin menghabiskan waktu di rumah.



            Setelah Raihan pergi ke kantor, Romlah memutuskan mengunjungi Riyamah. Dia ingin mengeluarkan semua rasa yang berkecamuk dihatinya. Romlah berharap mendapatkan jalan keluar akan masalahnya. Romlah berganti pakaian dan langsung menuju rumah Riyamah.



***



“Assalamuallaikum..” Romlah memberikan salam sambil mengetuk pintu rumah Riyamah.



“Waalaikumsalam. Ya ampun Romlah. Masuk, Rom.” Riyamah menyambut Romlah dengan antusias. Kedua sahabat ini telah lama tidak bertemu seiring kesibukan mereka masing-masing.



“Lo kok tumben gak ngantor, Rom” Riyamah mempersilahkan Romlah duduk sambil terus memegang tangan sahabatnya itu.



“Gak tau nih. Hari ini gue males banget mau kemana-mana. Gue kesini mau cerita ama lo.”



“Yaudah. Lo mau minum apa?”



“Udah gak usah. Itu mah gampang.”



“Jadi lo mau cerita apa?” Riyamah memandang Romlah serius. Romlah menunduk dengan air mata yang berlinang.



“Raihan, Ri.”



“Raihan kenapa? Kok lo nangis gini.”



“Raihan selingkuh.”



“Raihan selingkuh? Kayaknya gak mungkin banget deh, Rom. Kita semua tau betapa besar dia mencintai lo.”



“Awalnya gue juga beranggapan kayak gitu. Tapi gue cium bau parfum wanita di kemeja kerja Raihan. Gue apal banget bau parfum Raihan, jadi gue gak mungkin salah cium. Gue takut kehilangan Raihan, Ri.” Tangis Romlah semakin pecah dalam pelukan Riyamah. Riyamah tidak tahu harus berbuat apa. Hatinya berkata tidak mungkin Raihan melakukan itu. Tapi melihat sahabatnya menangis seperti ini membuatnya berpikir untuk mencurigai Raihan.



            Apa benar Raihan selingkuh? Bagaimana dengan nasib rumah tangga Romlah dan Raihan? Stay tune.. *kecupbasah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar