Translate

Minggu, 01 Desember 2013

KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 2

            Pertemuannya dengan Romlah membawa dilema tersendiri untuk Raihan. Sepanjang perjalanan pulang, Raihan hanya terdiam. Matanya kosong.

“Pap, Papa kenapa sih?” Irene yang tak mengerti apapun menjadi kebingungan.

“Papa gak kenapa-kenapa kok sayang” Raihan tersenyum kepada Irene. Irene mencoba menyelidiki raut muka Raihan. Ketegangan masih tersisa disana.

“Siapa wanita itu, Pap?” Pertanyaan Irene membuat Raihan terkejut. Dia tak menyangka Irene menanyakan sejauh ini.

“Wanita yang mana?”

“Itu loh yang ketemu di depan butik. Dia temen Papa?”

“Bukan kok, sayang. Tadi Papa gak sengaja nabrak dia.” Raihan tersenyum menatap Irene. Dia berharap Irene tak bertanya lebih jauh. Irene tahu ada yang ditutupi Papa. Namun kali ini dia enggan menanyakan lebih jauh. Mungkin lain kali dia akan mendapatkan jawaban yang lebih memuaskan.

***

            “Sayang, gimana bajunya?” Fahmi yang sedang mencoba baju pengantin hendak meminta pendapat Romlah, namun yang ditanya tak kunjung memberikan jawaban. Sejak pertemuan tidak sengaja dengan Raihan, Romlah tidak focus pada apapun. Dia hanya melamun, pikirannya kosong.

“Kamu gak kenapa-kenapa kan, sayang?” Fahmi mengelus kepala Romlah.

“Yaa” Romlah yang terkejut hanya menatap Fahmi tak mengerti.

            Fahmi menyadari betul alasan perubahan sikap Romlah. Bukan hanya Romlah, dia sendiri terkejut akan pertemuan singkat dengan Raihan. Kejadian yang tak pernah diharapkannya. Ini akan menjadi satu ancaman tersendiri bagi hubungannya dengan Romlah. Fahmi gelisah. Dia harus melakukan sesuatu agar Romlah tak lepas dari genggamannya.

“Kamu udah selesai Fitting bajunya?” Romlah yang sudah tidak nyaman berada di butik, ingin segera pulang. Pikirannya kalut.

“Udah kok. Kita makan dulu yuk” Fahmi ingin Romlah tidak lagi memikirkan hal yang tadi terjadi. Dia ingin Romlah tetap focus pada pernikahan mereka.

“Kita langsung pulang aja ya. Kepala aku pusing. Aku mau langsung istirahat aja” Fahmi spontan memegang kepala Romlah, namun entah mengapa Romlah menepis tangan Fahmi dari kepalanya.

            Tanpa basa-basi Romlah meninggalkan butik diikuti Fahmi yang bingung harus melakukan apa. Sepanjang perjalanan pulang tak ada satu katapun keluar dari mulut Romlah. Tatapannya lurus kedepan. Bahkan ketika sampai di rumah, Romlah langsung masuk tanpa pamit ataupun menawarkan Fahmi untuk mampir sejenak.

***

            “Sial. Kenapa laki-laki itu harus muncul lagi? Ini gak bisa aku biarin. Aku gak mau kehilangan Romlah. Romlah harus jadi milikku.” Fahmi yang emosi memukul kemudi didepannya. Dia tak menyangka Raihan akan kembali disaat sedikit lagi dia memiliki Romlah.

“Aku gak mungkin melepaskan Romlah. Apapun yang terjadi, Romlah harus tetap menikah denganku. Apapun akan aku lakukan termasuk menyingkirkan Raihan.”

***

            Sejak pulang dari butik, Romlah tak kunjung keluar kamar. Dia tak tahu apa yang terjadi. Apakah ini jawaban akan doanya semalam? Dia harap segera mendapatkan kepastian sebelum semua terlambat. Dia tak mau menyesal dikemudian hari karena keputusan yang lagi-lagi salah.

“Ya Allah, apa arti dari semua ini? Apakah Kau yang membawa Raihan kembali untukku? Berikan aku kepastian, Ya Allah.”

            Romlah tak tahu harus berbuat apa. Mungkinkah dia harus kembali kepada Raihan atau meneruskan semua yang telah terencana. Namun pertanyaan lain muncul. Siapa gadis yang bersama Raihan? Mengapa dia memanggil Raihan dengan sebutan Papa? Mungkinkah ini alasan Raihan meninggalkannya?

            Romlah melempar bantal ke sembarang tempat. Kepalanya terasa mau pecah. Ketika sinar itu datang, mengapa terlalu menyilaukan sehingga ia pun tak kuasa menatapnya? Kenapa harus selalu ada pertanyaan yang membingungkan?

“Raihan, sebenarnya apa yang telah kamu lakukan? Apa dia alasanmu meninggalkanku? Raihan, aku mohon beri aku kepastian. Sungguh aku tak punya waktu lagi untuk menunggumu. Haruskah aku memulai sesuatu yang baru didalam bayanganmu yang tak pernah lenyap? Raihan, aku gak mau menyakiti siapapun, tolong jangan sakiti aku seperti ini. Jangan siksa aku dengan janji yang tak kunjung kau tepati. Hanya Allah yang tahu pada siapa aku lebih mencintai.”

            Malam ini dihabiskan Romlah dengan menangisi semua yang telah terjadi. Pertanyaan-pertanyaan menyelimuti pikirannya. Semua terasa gelap hingga lelah membawanya ke alam mimpi.

***

            Sejak sampai di rumah, Raihan terus diselimuti kegelisahan. Hatinya bingung, gelisah, bahagia, cemburu, marah bahkan sesal bercampur menjadi satu. Dia tidak terima Romlah dimiliki orang lain, namun dia juga tak tahu harus berbuat apa untuk mempertahankannya.

“Romlah, andai waktu dapat kuputar mungkin kau sudah menjadi milikku seutuhnya. Romlah, maafkan saya atas semua yang telah terjadi. Rasa sakit yang tanpa sengaja saya berikan telah membunuh kita berdua. Kamu tahu saya juga tersiksa. Saya merindukanmu. Rindu ini membawaku kembali kesini. Walau saya tak lagi ingin mengganggumu, ternyata jalan cinta selalu membawa kita dijalur yang sama. Apa yang harus saya lakukan? Haruskah saya memperjuangkan cinta kita lagi? Atau menyerah pada keadaan yang saya tahu akan membawamu selamanya menjauh?”

***

            Disisi lain, Irene terus bertanya siapa wanita yang mampu membuat Papa terteguh tak berkata. Apakah dia Tante Romlah? Wanita yang selalu diceritakan Papa selama ini. Wanita yang paling dicintai oleh Papa. Lalu mengapa dia bersama laki-laki lain? Mengapa Papa menghindarinya? Apa semua sudah terlambat?

            Sedangkan ZeeZee merasa harus berbuat sesuatu. Tante Romlah berhak bahagia bersama orang yang dicintainya. Tapi siapa dia? Kemana dia selama ini? Apa dia sudah meninggalkan tante Romlah dan Tante Romlah belum bisa move on?

Apakah yang akan dilakukan Fahmi pada Raihan? Akankah Romlah membatalkan semua rencananya bersama Fahmi? Apa yang akan dilakukan Raihan untuk mempertahankan Romlah? Stay tune.. *kecupbasah


Tidak ada komentar:

Posting Komentar