KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 2
Pertemuannya dengan Romlah membawa dilema tersendiri
untuk Raihan. Sepanjang perjalanan pulang, Raihan hanya terdiam. Matanya
kosong.
“Pap, Papa kenapa sih?”
Irene yang tak mengerti apapun menjadi kebingungan.
“Papa gak kenapa-kenapa
kok sayang” Raihan tersenyum kepada Irene. Irene mencoba menyelidiki raut muka
Raihan. Ketegangan masih tersisa disana.
“Siapa wanita itu,
Pap?” Pertanyaan Irene membuat Raihan terkejut. Dia tak menyangka Irene
menanyakan sejauh ini.
“Wanita yang mana?”
“Itu loh yang ketemu di
depan butik. Dia temen Papa?”
“Bukan kok, sayang.
Tadi Papa gak sengaja nabrak dia.” Raihan tersenyum menatap Irene. Dia berharap
Irene tak bertanya lebih jauh. Irene tahu ada yang ditutupi Papa. Namun kali
ini dia enggan menanyakan lebih jauh. Mungkin lain kali dia akan mendapatkan
jawaban yang lebih memuaskan.
***
“Sayang, gimana bajunya?” Fahmi yang sedang mencoba baju
pengantin hendak meminta pendapat Romlah, namun yang ditanya tak kunjung
memberikan jawaban. Sejak pertemuan tidak sengaja dengan Raihan, Romlah tidak
focus pada apapun. Dia hanya melamun, pikirannya kosong.
“Kamu gak kenapa-kenapa
kan, sayang?” Fahmi mengelus kepala Romlah.
“Yaa” Romlah yang
terkejut hanya menatap Fahmi tak mengerti.
Fahmi menyadari betul alasan perubahan sikap Romlah.
Bukan hanya Romlah, dia sendiri terkejut akan pertemuan singkat dengan Raihan.
Kejadian yang tak pernah diharapkannya. Ini akan menjadi satu ancaman
tersendiri bagi hubungannya dengan Romlah. Fahmi gelisah. Dia harus melakukan
sesuatu agar Romlah tak lepas dari genggamannya.
“Kamu udah selesai Fitting bajunya?” Romlah yang sudah
tidak nyaman berada di butik, ingin segera pulang. Pikirannya kalut.
“Udah kok. Kita makan
dulu yuk” Fahmi ingin Romlah tidak lagi memikirkan hal yang tadi terjadi. Dia
ingin Romlah tetap focus pada pernikahan mereka.
“Kita langsung pulang
aja ya. Kepala aku pusing. Aku mau langsung istirahat aja” Fahmi spontan
memegang kepala Romlah, namun entah mengapa Romlah menepis tangan Fahmi dari
kepalanya.
Tanpa basa-basi Romlah meninggalkan butik diikuti Fahmi
yang bingung harus melakukan apa. Sepanjang perjalanan pulang tak ada satu
katapun keluar dari mulut Romlah. Tatapannya lurus kedepan. Bahkan ketika
sampai di rumah, Romlah langsung masuk tanpa pamit ataupun menawarkan Fahmi
untuk mampir sejenak.
***
“Sial. Kenapa laki-laki itu harus muncul lagi? Ini gak
bisa aku biarin. Aku gak mau kehilangan Romlah. Romlah harus jadi milikku.”
Fahmi yang emosi memukul kemudi didepannya. Dia tak menyangka Raihan akan
kembali disaat sedikit lagi dia memiliki Romlah.
“Aku gak mungkin
melepaskan Romlah. Apapun yang terjadi, Romlah harus tetap menikah denganku.
Apapun akan aku lakukan termasuk menyingkirkan Raihan.”
***
Sejak pulang dari butik, Romlah tak kunjung keluar kamar.
Dia tak tahu apa yang terjadi. Apakah ini jawaban akan doanya semalam? Dia
harap segera mendapatkan kepastian sebelum semua terlambat. Dia tak mau
menyesal dikemudian hari karena keputusan yang lagi-lagi salah.
“Ya Allah, apa arti
dari semua ini? Apakah Kau yang membawa Raihan kembali untukku? Berikan aku
kepastian, Ya Allah.”
Romlah tak tahu harus berbuat apa. Mungkinkah dia harus
kembali kepada Raihan atau meneruskan semua yang telah terencana. Namun
pertanyaan lain muncul. Siapa gadis yang bersama Raihan? Mengapa dia memanggil
Raihan dengan sebutan Papa? Mungkinkah ini alasan Raihan meninggalkannya?
Romlah melempar bantal ke sembarang tempat. Kepalanya
terasa mau pecah. Ketika sinar itu datang, mengapa terlalu menyilaukan sehingga
ia pun tak kuasa menatapnya? Kenapa harus selalu ada pertanyaan yang
membingungkan?
“Raihan, sebenarnya apa
yang telah kamu lakukan? Apa dia alasanmu meninggalkanku? Raihan, aku mohon
beri aku kepastian. Sungguh aku tak punya waktu lagi untuk menunggumu. Haruskah
aku memulai sesuatu yang baru didalam bayanganmu yang tak pernah lenyap?
Raihan, aku gak mau menyakiti siapapun, tolong jangan sakiti aku seperti ini.
Jangan siksa aku dengan janji yang tak kunjung kau tepati. Hanya Allah yang
tahu pada siapa aku lebih mencintai.”
Malam ini dihabiskan Romlah dengan menangisi semua yang
telah terjadi. Pertanyaan-pertanyaan menyelimuti pikirannya. Semua terasa gelap
hingga lelah membawanya ke alam mimpi.
***
Sejak sampai di rumah, Raihan terus diselimuti
kegelisahan. Hatinya bingung, gelisah, bahagia, cemburu, marah bahkan sesal
bercampur menjadi satu. Dia tidak terima Romlah dimiliki orang lain, namun dia
juga tak tahu harus berbuat apa untuk mempertahankannya.
“Romlah, andai waktu
dapat kuputar mungkin kau sudah menjadi milikku seutuhnya. Romlah, maafkan saya
atas semua yang telah terjadi. Rasa sakit yang tanpa sengaja saya berikan telah
membunuh kita berdua. Kamu tahu saya juga tersiksa. Saya merindukanmu. Rindu
ini membawaku kembali kesini. Walau saya tak lagi ingin mengganggumu, ternyata
jalan cinta selalu membawa kita dijalur yang sama. Apa yang harus saya lakukan?
Haruskah saya memperjuangkan cinta kita lagi? Atau menyerah pada keadaan yang
saya tahu akan membawamu selamanya menjauh?”
***
Disisi lain, Irene terus bertanya siapa wanita yang mampu
membuat Papa terteguh tak berkata. Apakah dia Tante Romlah? Wanita yang selalu
diceritakan Papa selama ini. Wanita yang paling dicintai oleh Papa. Lalu
mengapa dia bersama laki-laki lain? Mengapa Papa menghindarinya? Apa semua
sudah terlambat?
Sedangkan ZeeZee merasa harus berbuat sesuatu. Tante
Romlah berhak bahagia bersama orang yang dicintainya. Tapi siapa dia? Kemana
dia selama ini? Apa dia sudah meninggalkan tante Romlah dan Tante Romlah belum
bisa move on?
Apakah
yang akan dilakukan Fahmi pada Raihan? Akankah Romlah membatalkan semua
rencananya bersama Fahmi? Apa yang akan dilakukan Raihan untuk mempertahankan
Romlah? Stay tune.. *kecupbasah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar