Translate

Kamis, 23 Januari 2014

KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 5


            Romlah menjatuhkan diri ke atas kasur. Setelah Fahmi pulang, tiba-tiba badannya terrasa lelah. Otaknya berputar-putar. Pembicaraan dengan Fahmi membuatnya merenungkan semua yang terjadi. Mengajaknya mengenang apa yang terjadi tiga bulan belakangan ini. Kepergian Raihan yang tiba-tiba setelah kedatangannya yang juga mendadak, lamaran Fahmi hingga rencana pernikahan mereka, lalu yang paling mengejutkan pertemuannya dengan Raihan. Raihan datang disaat yang belum tentu tepat. Dia bisa saja hadir hanya untuk menjadi kerikil kecil dalam kisahnya dengan Fahmi. Atau justru Raihan hadir untuk menawarkan lagi cinta itu.

            Lalu mengapa tiba-tiba Fahmi ingin membatalkan pernikahan mereka? Bukankah seharusnya Fahmi mempertahankannya? Apa memang Romlah tidak patut diperjuangkan dan dipertahankan? Begitu banyak pertanyaan berkecamuk dipikirannya. Romlah ingin teriak sekencang-kencangnya. Betapa sulit merengkuh kebahagiaan itu.

***

            Raihan hanya terdiam saat terpaksa harus mengantar Irene ke rumah Romlah. Raihan tidak siap bila harus bertemu dengan wanita yang masih mengisi hatinya. Perasaannya tak menentu. Ingin dia membatalkan semua dan memutar arah mobil kembali ke rumah. Namun dia harus menemani Irene mengantarkan barang Romlah yang terbawa Irene.

            Pandangan Irene lurus kedepan. Sesekali diliriknya Raihan yang sedang serius mengemudi. Udara di mobil ini bertambah dingin, padahal pendingin mobil terpasang normal. Irene tak mengerti kenapa Raihan begitu takut dia ketemu Romlah. Hingga harus dikawal agar tak terlalu lama bertemu.

            Tanpa terasa mobil mereka telah sampai di depan rumah Romlah. Raihan memandang rumah itu lekat-lekat. Rumah yang dulu hampir setiap hari ia kunjungi. Rumah dengan sejuta kenangan baik itu kenangan indah maupun pahit. Betapa dia merindukan semua momen yang tercipta di rumah itu.

“Setelah ketemu Tante Romlah dan memberi barangnya kamu langsung keluar. Papa tunggu kamu di mobil. Ingat jangan lama-lama dan gak perlu mengobrol.” Raihan memperingati Irene panjang lebar. Irene yang hendak membuka pintu mobil hanya mengangguk kecil. Dengan langkah lunglai Irene memasuki rumah Romlah.

            Setelah dipersilahkan Mbak Wati masuk, Irene duduk di ruang tamu menunggu Romlah. Dipandanginya seluruh ruangan itu. Hingga dia tak menyadari ada yang masuk.

“Assalamualaikum…” ZeeZee yang baru pulang sekolah heran ada anak SMP duduk di ruang tamu rumahnya. Kalau dilihat-lihat dia bukan anak kampung Dukuh. Walau dia baru tinggal disini, ZeeZee sudah mengenal hampir seluruh anak kampung Dukuh. Diperhatikannya tamu yang sedang serius memandangi setiap jengkal rumahnya seakan ingin menelanjangi seluruh isinya.

“Maaf.. Assalamualaikun…” Irene yang kaget akan suara ZeeZee memandang polos.

“Maaf kaget yaa. Abis dari tadi salamnya gak dijawab. Klo boleh tau mau ketemu siapa ya?” ZeeZee langsung duduk berhadapan dengan Irene. Irene yang masih kaget hanya memandang diam. Setelah tersadar dia hanya mampu tersenyum.

“Maaf gak kedengeran. Aku Irene mau ketemu Tante Romlah” Irene mengulurkan tangannya tanda perkenalan.

“Ohh.. Aku ZeeZee keponakannya Tante Romlah. Udah lama? Biar aku panggilin Tante Romlah dulu ya.” Belum ZeeZee beranjak dari bangku, Romlah telah muncul dari dalam rumah.

“Loh Irene. Ada apa ya?” Romlah kaget melihat Irene datang ke rumahnya.

“Ini tante, aku mau balikin barang tante yang kebawa sama aku semalam.” Sambil tersenyum Irene memberikan barang Romlah. Romlah hanya tersenyum tipis saat menerima barang itu. Dia sendiri bahkan tak menyadari barangnya terbawa. Mungkin rasa senang semalam membuatnya lupa mendadak.

“Ya ampun tante aja gak sadar. Makasih yaa. Oh iya kamu kesini sama siapa? Kok kamu tau rumah tante?” Romlah memberikan pertanyaan yang sesungguhnya dia sudah tahu jawabannya. Hanya ingin mempertegas saja.

“Oh Tante Romlah ketemu sama kamu semalam. Kok bisa bahagia banget ya? Aku kira tante ketemu Om Raihan.” ZeeZee memotong pembicaraan Romlah dan Irene. Betapa dia kesal karena tebakannya semalam salah.

“ZeeZee….” Romlah memelototi ZeeZee. Yang dipelototi hanya melengos tanpa perasaan bersalah.

“Raihan itu papa aku. Tuh orangnya lagi di mobil. Papa yang ngantar aku kesini.” Irene menjawab dengan polos pertanyaan kedua orang yang berada di depannya. ZeeZee tersenyum penuh arti. Dia tahu apa yang harus dilakukan.

“Kok gak diajak masuk sih? Malah ditinggal di mobil.” ZeeZee memandang keluar. Dilihatnya mobil silver bertengger di depan pagar rumah. Otaknya berputar memikirkan cara agar Raihan bisa diajak masuk.

            ZeeZee pamit kedalam rumah dengan alasan ingin berganti pakaian. Melalui pintu belakang, ZeeZee mendekati mobil Raihan. Raihan yang sedang merenung kaget mendengar ketukan keras dikaca mobilnya. Dengan berpura-pura panik, ZeeZee mengatakan kalau Irene dimarahi Fahmi. Raihan yang tidak terima langsung masuk kedalam rumah tanpa berpikir sedikitpun.

            Dalam keadaan panik dan marah, Raihan memasuki rumah Romlah sambil berteriak memanggil Irene. Irene yang sedang mengobrol dengan Romlah kaget bukan kepalang. Dia bingung kenapa Raihan bisa begini.

“Papa kenapa kok panik gitu?” Irene mendekati Raihan. Raihan yang belum menyadari apapun memeluk Irene dengan erat.

“Kamu gak kenapa-kenapa kan sayang?” Raihan yang masih panik memeriksa setiap jengkal tubuh Irene. Dia tak mau ada goresan sedikitpun akibat sentuhan kasar Fahmi.

“Hai om. Daripada om di mobil sendirian mending ngobrol bareng kita disini.” ZeeZee yang muncul dari belakang Raihan hanya tersenyum. Dia tahu semua yang dia lakukan salah karena membohongi orang tua, tapi tidak ada cara lain untuk mengajak Raihan masuk.

            Raihan yang mulai sadar melihat sekeliling. Jelas tidak ada Fahmi disini. Yang ada hanya Romlah yang masih duduk dengan wajah bingung memandang kelakuannya. Dipandangi wajah Irene yang juga bingung dengan apa yang terjadi. Sedangkan ZeeZee hanya memasang wajah tersenyum manis agar semua yang ada dapat memaafkan tingkahnya.

”ZeeZee, kamu apa-apaan sih? Ngapain kamu kerjain Om Raihan kayak gini? Apa yang udah kamu bilang?” Romlah yang menyadari kelakuan ZeeZee memandang marah. Dia gak tahu apa maksud dari keponakannya satu ini. Jelas ini membuatnya canggung didepan Raihan.

            Yang dimarahi malah memasang senyum tambah lebar. Dia jelas tidak merasa bersalah, namun ZeeZee juga tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya dapat membuat hidup Romlah berputar 180 derajat.

“Oke Irene, apa keperluan kamu disini telah selesai?” Raihan yang sudah menyadari menjadi korban kejahilan ZeeZee hanya bisa menarik nafas panjang. Dia tak tahu harus berbuat apa. Dia hanya mencoba kembali tenang.

“Udah kok, Pap. Oh iya, kita diundang sama Tante Romlah untuk menghadiri pernikahannya dengan Om Fahmi minggu depan. Papa bisa hadirkan?” Irene memandang Raihan menunggu jawaban. Begitu juga Romlah dan ZeeZee. Mereka menanti reaksi Raihan atas undangan tersebut.

“Aduuh maaf sayang. Minggu depan kan kita harus ke KL” Raihan mencari jawaban terbaik agar tidak mengecewakan. Namun jelas terpancar kekecewaan dari wajah ketiga wanita di depannya. Irene dan ZeeZee tertunduk lesu. Sedangkan tanpa diduga, Romlah meneteskan air matanya. Bukan untuk ketidakhadiran Raihan. Namun karena reaksi dingin yang diberikan Raihan.

            Romlah tidak melihat adanya rasa kehilangan dijawaban yang diberikan Raihan. Romlah merasa sia-sia penantiannya selama ini. Betapa dia mengharapkan jawaban lebih dari sekedar hadir dan tidak hadir. Mungkin bisa kepanikan, atau sekedar ekspesi kaget bercampur sedih. Namun sayang, hal itu tidak didapatkan Romlah dari Raihan.

 “Raihan, sebelum kamu pergi aku punya satu permintaan. Mungkin sebagai permintaan terakhir aku ke kamu.” Romlah yang hanya terdiam sejak Raihan masuk, seketika berdiri dan menatap mata Raihan. Dilangkahkan kakinya mendekati Raihan. Dengan mata saling bertatap ada getar yang dirasakan keduanya.

“Raihan, kamu tau klo aku sangat mencintai kamu. Bahkan hingga detik ini. Kamu juga tau status aku sehingga aku sudah tidak mungkin lagi hanya sekedar main-main atau menunggu kejelasan dari kamu. Aku ingin melanjutkan hidup aku dengan tenang. Namun bayangan kamu selalu mengusik setiap langkahku, membuatku kembali pada mimpi klo kamu akan datang dan membawa kebahagiaan buat aku. Sekarang aku mohon lepaskan aku dari bayangan kamu. Satu perminaan aku, tatap mata aku dan katakana bahwa kamu sudah tidak mencintai aku. Bahwa kamu sudah melupakan aku. Ini dapat membantuku bangun dari mimpiku tentang kita. Aku mohon, Raihan.”

            Raihan terteguh kaku mendengar perkataan Romlah. Kata demi kata dicernanya baik-baik. Betapa senang mendengar bahwa Romlah masih mencintainya. Ingin dia berkata bahwa dia juga mencintai Romlah. Namun keadaan tidak memungkinkannya berkata demikian. Ditatapnya wajah Romlah, ada kesungguhan disetiap detail wajahnya. Raihan kenal betul bagaimana Romlah. Dia tidak akan seserius ini kalau memang hal ini tidak penting.

            Lalu apa yang akan dikatakan Raihan? Bagaimana dengan Fahmi bila Romlah dan Raihan bersatu? Stay tune.. *kecupbasah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar