Translate

Jumat, 24 Januari 2014

KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 6







            Waktu seakan berhenti menunggu jawaban dari Raihan. Tak ada perubahan reaksi sedikitpun yang diperlihatkan lelaki asal negeri Jiran ini. Tatapannya masih focus kepada Romlah. Seakan dia ingin melampiaskan segala kerinduan yang dipendam walau hanya dengan tatapan mata. Romlah menunggu dengan cemas. Dia sudah tidak sabar mendengar perkataan Raihan. Walau itu dapat membuatnya jatuh ke lubang kehancuran.

            Kedua gadis yang menyaksikan adegan itu hanya terdiam. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Pandangan mereka tertuju pada dua orang yang saling mencintai namun tidak dapat saling memiliki. Ada doa yang mereka panjatkan agar yang terbaik yang didapat keduannya.

“Raihan, aku mohon jangan diem aja. Beri aku kepastian sekarang. Jangan kamu siksa aku dengan cinta yang tak kunjung kamu perjuangkan. Aku lelah, Raihan. Lelah.” Kini Romlah seakan memohon. Pandangan matanya memelas.

“Romlah, saya…” Raihan ragu meneruskan perkataannya. Kini dia menunduk, tak berani memandang mata Romlah yang memohon. Dia tak sanggup mengatakan semuanya. Namun dia tahu semua harus segera diakhiri dengan kejelasan.

“Romlah, saya minta maaf atas semua yang telah saya lakukan. Atas semua luka yang saya berikan” Raihan melangkah maju mendekati Romlah. Dipegang tangan Romlah, tangan yang dulu selalu dia genggam dengan erat. Tangan yang selalu memberikan kehangatan disetiap pelukannya. Tangan yang kini berubah menjadi dingin. Baru Raihan menyadari kalau Romlah lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu. Ternyata bukan hanya dia yang harus kehilangan banyak bobot tubuh karena perpisahan itu.

“Romlah, kamu tau semua yang sudah saya lakukan untuk kamu, untuk kita. Semua perjuangan yang sudah saya berikan untuk hubungan kita. Namun kita juga harus menyadari klo akhirnya semua di tangan Allah. Kita sudah berusaha dengan segala daya. Namun bila takdir menentukan lain, saya hanya berdoa yang terbaik untukmu.” Romlah menatap nanar mendengar perkataan Raihan.

“Aku gak butuh itu semua, Raihan. Yang aku butuhin sekarang kata-kata kamu bahwa kamu sudah tidak mencintai aku. Bahwa kamu sudah melupakan aku. Itu lebih dari cukup.” Dieratkan pegangan tangan Raihan oleh Romlah. Sekarang mereka berjarak hanya sejengkal. Deru nafas Romlah dan detak jantung Raihan dapat didengar oleh keduanya.

            Raihan menarik nafas panjang. Dia mencoba mengerti dengan sikap Romlah yang memuntahkan amarah. Dengan segala yang telah terjadi, wajar bila Romlah melakukan itu semua. Raihan menyusun kata terbaik untuk mengakhiri kisah ini. Agar tak ada lagi luka dan penyesalan yang dirasakan.

“Romlah, mungkin saya bisa bilang klo saya sudah tidak mencintaimu. Bahwa saya sudah melupakanmu. Bahkan klo kamu minta saya juga bilang bahwa saya sangat membencimu, itu dapat saya lakukan. Namun apa itu yang terbaik? Saya tak mau ada sesal dikemudian hari karena mengatakan yang tidak saya rasakan. Romlah, saya tau kita terluka atas semua ini dan saya tak mau luka ini lebih dalam lagi. Romlah, saya sangat mencintai kamu. Saya tidak bisa melupakan kamu. Namun saya ingin yang terbaik untuk kamu.” Didekatkannya tubuh Romlah. Pelukan ini mungkin akan menjadi pelukan terakhir yang dapat mereka rasakan.

Romlah terisak dalam pelukan Raihan. Dia meluapkan segala kekesalannya dengan memukul Raihan pelan. Namun kehangatan pelukan Raihan membuatnya jatuh tak berdaya. Kini pelukan mereka semakin erat. Raihan membelai rambut Romlah perlahan. Seperti dulu. Namun diwarnai dengan isak tangis.

“Klo lo emang cinta ama Romlah perjuangin dia sebelum lo menyesal karena gak bisa milikin dia. Klo dia udah jadi milik gue, jangankan menyentuhnya. Untuk bertemu aja gue gak akan ngijinin.” Suara itu mengagetkan semua penghuni ruangan. Fahmi tiba-tiba muncul dengan senyum mengembang.

“Fahmi” Romlah yang panic karena kedatangan Fahmi melepaskan dengan kasar pelukan Raihan. Raihan yang masih terteguh, kaget dengan tindakan Romlah. Namun dia tak dapat berbuat apa-apa. Romlah berjalan mendekati Fahmi. Dia minta maaf atas apa yang telah dia lakukan.

“Kamu gak perlu minta maaf kok. Semua yang telah kamu lakukan itu benar. Kamu berhak menentukan kebahagiaan kamu. Kamu berhak mencari kepastian akan masa depan kamu.” Fahmi tersenyum memandang Romlah yang masih panic.

“Raihan, ini kesempatan terakhir lo. Klo lo tetep dengan ucapan lo tadi, maka satu langkah lo keluar dari rumah ini lo gak akan pernah bisa ngedapetin Romlah lagi.” Fahmi serius dengan ucapannya. Dilangkahkan kaki mendekati Raihan.

“Lo udah ngelakuin semuanya, kan? Kenapa langkah terakhir gak lo selesaiin? Lo bukan bencong, kan?”

“Fahmi, saya sangat menghargai kamu. Terima kasih sudah membantu Romlah disaat saya tidak ada. Saya sudah hutang budi padamu. Tak mungkin saya menyakiti perasaan kalian lagi.”

            Tiba-tiba seluruh ruangan hening. Tak ada yang mampu bereaksi sedikitpun. Semua mata tertuju pada Raihan. Wajah sendungnya seketika tersenyum. Senyum lebar yang sudah lama tidak dia perlihatkan kepada orang lain. Raihan melangkah mendekati Romlah. Tangannya menggenggam tanga Romlah erat dan kini terasa hangat.

“Besok saya akan membawa kedua orang tua saya untuk melamar kamu. Saya harap kamu tidak menolak. Apa kamu keberatan dengan keputusan saya?”

            Romlah tersenyum bimbang. Dia masih tidak menyadari apa yang terjadi. Dia merasa sekarang benar-benar berada di alam mimpi. Namun kehangatan tangan Raihan membuatnya percaya, semua yang terjadi memang kenyataan. Romlah memasang senyum termanisnya. Senyum yang selalu dirindukan Raihan. Senyum yang memang tercipta hanya untuk Raihan. Kini pelukan mereka tanpa jarak, mereka yakin ini bukanlah pelukan terakhir. Namun akan menjadi awal pelukan hangat lainnya. Yang halal tentunya.

***

            Setelah semua yang terjadi, Romlah mencoba memberitahu Oji atas pembatalan pernikahan dengan Fahmi dan rencana pernikahan dengan Raihan yang akan dilaksanakan sesuai rencana awal Romlah dan Fahmi. Dia sangat hati-hati karena tahu Oji akan bereaksi keras atas keputusannya. Oji yang sudah terlanjur membenci Raihan tentu tidak akan menyetujui begitu saja. Harus ada penjelasan yang meyakinkan bahwa semua yang sudah terjadi tidak akan diulangi lagi oleh Raihan.

“Assalamuallaikum, Ji. Gimana kabar lo di Aussie?”

“Baik, Mpok. Nafisa juga baik. Dia kangen banget sama Mpok.”

“Gue juga kangen sama kalian. Gimana tensis lo udah kelar?”

“Udah Mpok gak usah mikirin Oji. Mending Mpok focus sama persiapan pernikahan Mpok sama bang Fahmi.”

            Romlah terdiam sejenak. Ini kesempatannya untuk mengatakan kepada Oji. Namun dia belum siap menghadapi kemarahan Oji.

“Oh iya, Ji. Ada yang mau gue omongin ama lo. Tapi lo jangan marah dulu ya.”

“Ada apaan sih mpok? Kayaknya penting amat. Serius begini ngomongnya.”

“Gue gak jadi nikah sama Fahmi.”

“Loh kenapa mpok? Bang Fahmi ngelakuin apa? Emangnya ada apaan?” Oji terdengar panic. Dia bingung atas apa yang terjadi dengan kakak semata wayangnya ini. Betapa Oji hanya ingin kakaknya bahagia.

“Gak. Fahmi gak ngelakuin apa-apa kok. Cuma gue sama dia mutusin untuk batalin pernikahan kita.”

“Ya tapi kenapa mpok? Mpok jangan buat Oji panic dong.”

“Lo tenang aja, Ji. Gue jadi nikah kok”

“Lah kan pernikahan mpok batal. Emang mpok mau nikah sama siapa?”

            Romlah menarik nafas panjang. Dia mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Dengan hati-hati Romlah berbicara kata demi kata.

“Gue mau nikah ama Raihan”

“Apa? Raihan?” Oji kaget bukan kepalang. Suara kerasnya menggambarkan betapa dia marah atas apa yang diucapkan oleh kakaknya.

“Gimana mungkin mpok bisa nikah ama Raihan? Raihan itu udah menghilang. Ngapain mpok masih mengharapkan dia kembali? Udahlah mpok.”

“Gue, Fahmi dan Raihan sudah membicarakan ini. Dan ini keputusan kami bersama. Lagian..”

“Udah mpok, Oji gak mau denger. Pokoknya Oji gak setuju klo mpok nikah ama Raihan. Klo mpok tetep nekat, jangan harap mpok bakal ketemu Oji ama Nafisa lagi.”

            Belum sempet Romlah menjawab, Oji sudah menutup telpon dengan keras. Apa yang harus dilakukan Romlah? Haruskah dia mempertahankan hubungannya dengan Raihan? Atau mengikuti keinginan adik tercinta? Stay tune.. *kecupbasah

Kamis, 23 Januari 2014

KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 5


            Romlah menjatuhkan diri ke atas kasur. Setelah Fahmi pulang, tiba-tiba badannya terrasa lelah. Otaknya berputar-putar. Pembicaraan dengan Fahmi membuatnya merenungkan semua yang terjadi. Mengajaknya mengenang apa yang terjadi tiga bulan belakangan ini. Kepergian Raihan yang tiba-tiba setelah kedatangannya yang juga mendadak, lamaran Fahmi hingga rencana pernikahan mereka, lalu yang paling mengejutkan pertemuannya dengan Raihan. Raihan datang disaat yang belum tentu tepat. Dia bisa saja hadir hanya untuk menjadi kerikil kecil dalam kisahnya dengan Fahmi. Atau justru Raihan hadir untuk menawarkan lagi cinta itu.

            Lalu mengapa tiba-tiba Fahmi ingin membatalkan pernikahan mereka? Bukankah seharusnya Fahmi mempertahankannya? Apa memang Romlah tidak patut diperjuangkan dan dipertahankan? Begitu banyak pertanyaan berkecamuk dipikirannya. Romlah ingin teriak sekencang-kencangnya. Betapa sulit merengkuh kebahagiaan itu.

***

            Raihan hanya terdiam saat terpaksa harus mengantar Irene ke rumah Romlah. Raihan tidak siap bila harus bertemu dengan wanita yang masih mengisi hatinya. Perasaannya tak menentu. Ingin dia membatalkan semua dan memutar arah mobil kembali ke rumah. Namun dia harus menemani Irene mengantarkan barang Romlah yang terbawa Irene.

            Pandangan Irene lurus kedepan. Sesekali diliriknya Raihan yang sedang serius mengemudi. Udara di mobil ini bertambah dingin, padahal pendingin mobil terpasang normal. Irene tak mengerti kenapa Raihan begitu takut dia ketemu Romlah. Hingga harus dikawal agar tak terlalu lama bertemu.

            Tanpa terasa mobil mereka telah sampai di depan rumah Romlah. Raihan memandang rumah itu lekat-lekat. Rumah yang dulu hampir setiap hari ia kunjungi. Rumah dengan sejuta kenangan baik itu kenangan indah maupun pahit. Betapa dia merindukan semua momen yang tercipta di rumah itu.

“Setelah ketemu Tante Romlah dan memberi barangnya kamu langsung keluar. Papa tunggu kamu di mobil. Ingat jangan lama-lama dan gak perlu mengobrol.” Raihan memperingati Irene panjang lebar. Irene yang hendak membuka pintu mobil hanya mengangguk kecil. Dengan langkah lunglai Irene memasuki rumah Romlah.

            Setelah dipersilahkan Mbak Wati masuk, Irene duduk di ruang tamu menunggu Romlah. Dipandanginya seluruh ruangan itu. Hingga dia tak menyadari ada yang masuk.

“Assalamualaikum…” ZeeZee yang baru pulang sekolah heran ada anak SMP duduk di ruang tamu rumahnya. Kalau dilihat-lihat dia bukan anak kampung Dukuh. Walau dia baru tinggal disini, ZeeZee sudah mengenal hampir seluruh anak kampung Dukuh. Diperhatikannya tamu yang sedang serius memandangi setiap jengkal rumahnya seakan ingin menelanjangi seluruh isinya.

“Maaf.. Assalamualaikun…” Irene yang kaget akan suara ZeeZee memandang polos.

“Maaf kaget yaa. Abis dari tadi salamnya gak dijawab. Klo boleh tau mau ketemu siapa ya?” ZeeZee langsung duduk berhadapan dengan Irene. Irene yang masih kaget hanya memandang diam. Setelah tersadar dia hanya mampu tersenyum.

“Maaf gak kedengeran. Aku Irene mau ketemu Tante Romlah” Irene mengulurkan tangannya tanda perkenalan.

“Ohh.. Aku ZeeZee keponakannya Tante Romlah. Udah lama? Biar aku panggilin Tante Romlah dulu ya.” Belum ZeeZee beranjak dari bangku, Romlah telah muncul dari dalam rumah.

“Loh Irene. Ada apa ya?” Romlah kaget melihat Irene datang ke rumahnya.

“Ini tante, aku mau balikin barang tante yang kebawa sama aku semalam.” Sambil tersenyum Irene memberikan barang Romlah. Romlah hanya tersenyum tipis saat menerima barang itu. Dia sendiri bahkan tak menyadari barangnya terbawa. Mungkin rasa senang semalam membuatnya lupa mendadak.

“Ya ampun tante aja gak sadar. Makasih yaa. Oh iya kamu kesini sama siapa? Kok kamu tau rumah tante?” Romlah memberikan pertanyaan yang sesungguhnya dia sudah tahu jawabannya. Hanya ingin mempertegas saja.

“Oh Tante Romlah ketemu sama kamu semalam. Kok bisa bahagia banget ya? Aku kira tante ketemu Om Raihan.” ZeeZee memotong pembicaraan Romlah dan Irene. Betapa dia kesal karena tebakannya semalam salah.

“ZeeZee….” Romlah memelototi ZeeZee. Yang dipelototi hanya melengos tanpa perasaan bersalah.

“Raihan itu papa aku. Tuh orangnya lagi di mobil. Papa yang ngantar aku kesini.” Irene menjawab dengan polos pertanyaan kedua orang yang berada di depannya. ZeeZee tersenyum penuh arti. Dia tahu apa yang harus dilakukan.

“Kok gak diajak masuk sih? Malah ditinggal di mobil.” ZeeZee memandang keluar. Dilihatnya mobil silver bertengger di depan pagar rumah. Otaknya berputar memikirkan cara agar Raihan bisa diajak masuk.

            ZeeZee pamit kedalam rumah dengan alasan ingin berganti pakaian. Melalui pintu belakang, ZeeZee mendekati mobil Raihan. Raihan yang sedang merenung kaget mendengar ketukan keras dikaca mobilnya. Dengan berpura-pura panik, ZeeZee mengatakan kalau Irene dimarahi Fahmi. Raihan yang tidak terima langsung masuk kedalam rumah tanpa berpikir sedikitpun.

            Dalam keadaan panik dan marah, Raihan memasuki rumah Romlah sambil berteriak memanggil Irene. Irene yang sedang mengobrol dengan Romlah kaget bukan kepalang. Dia bingung kenapa Raihan bisa begini.

“Papa kenapa kok panik gitu?” Irene mendekati Raihan. Raihan yang belum menyadari apapun memeluk Irene dengan erat.

“Kamu gak kenapa-kenapa kan sayang?” Raihan yang masih panik memeriksa setiap jengkal tubuh Irene. Dia tak mau ada goresan sedikitpun akibat sentuhan kasar Fahmi.

“Hai om. Daripada om di mobil sendirian mending ngobrol bareng kita disini.” ZeeZee yang muncul dari belakang Raihan hanya tersenyum. Dia tahu semua yang dia lakukan salah karena membohongi orang tua, tapi tidak ada cara lain untuk mengajak Raihan masuk.

            Raihan yang mulai sadar melihat sekeliling. Jelas tidak ada Fahmi disini. Yang ada hanya Romlah yang masih duduk dengan wajah bingung memandang kelakuannya. Dipandangi wajah Irene yang juga bingung dengan apa yang terjadi. Sedangkan ZeeZee hanya memasang wajah tersenyum manis agar semua yang ada dapat memaafkan tingkahnya.

”ZeeZee, kamu apa-apaan sih? Ngapain kamu kerjain Om Raihan kayak gini? Apa yang udah kamu bilang?” Romlah yang menyadari kelakuan ZeeZee memandang marah. Dia gak tahu apa maksud dari keponakannya satu ini. Jelas ini membuatnya canggung didepan Raihan.

            Yang dimarahi malah memasang senyum tambah lebar. Dia jelas tidak merasa bersalah, namun ZeeZee juga tidak tahu bahwa apa yang dilakukannya dapat membuat hidup Romlah berputar 180 derajat.

“Oke Irene, apa keperluan kamu disini telah selesai?” Raihan yang sudah menyadari menjadi korban kejahilan ZeeZee hanya bisa menarik nafas panjang. Dia tak tahu harus berbuat apa. Dia hanya mencoba kembali tenang.

“Udah kok, Pap. Oh iya, kita diundang sama Tante Romlah untuk menghadiri pernikahannya dengan Om Fahmi minggu depan. Papa bisa hadirkan?” Irene memandang Raihan menunggu jawaban. Begitu juga Romlah dan ZeeZee. Mereka menanti reaksi Raihan atas undangan tersebut.

“Aduuh maaf sayang. Minggu depan kan kita harus ke KL” Raihan mencari jawaban terbaik agar tidak mengecewakan. Namun jelas terpancar kekecewaan dari wajah ketiga wanita di depannya. Irene dan ZeeZee tertunduk lesu. Sedangkan tanpa diduga, Romlah meneteskan air matanya. Bukan untuk ketidakhadiran Raihan. Namun karena reaksi dingin yang diberikan Raihan.

            Romlah tidak melihat adanya rasa kehilangan dijawaban yang diberikan Raihan. Romlah merasa sia-sia penantiannya selama ini. Betapa dia mengharapkan jawaban lebih dari sekedar hadir dan tidak hadir. Mungkin bisa kepanikan, atau sekedar ekspesi kaget bercampur sedih. Namun sayang, hal itu tidak didapatkan Romlah dari Raihan.

 “Raihan, sebelum kamu pergi aku punya satu permintaan. Mungkin sebagai permintaan terakhir aku ke kamu.” Romlah yang hanya terdiam sejak Raihan masuk, seketika berdiri dan menatap mata Raihan. Dilangkahkan kakinya mendekati Raihan. Dengan mata saling bertatap ada getar yang dirasakan keduanya.

“Raihan, kamu tau klo aku sangat mencintai kamu. Bahkan hingga detik ini. Kamu juga tau status aku sehingga aku sudah tidak mungkin lagi hanya sekedar main-main atau menunggu kejelasan dari kamu. Aku ingin melanjutkan hidup aku dengan tenang. Namun bayangan kamu selalu mengusik setiap langkahku, membuatku kembali pada mimpi klo kamu akan datang dan membawa kebahagiaan buat aku. Sekarang aku mohon lepaskan aku dari bayangan kamu. Satu perminaan aku, tatap mata aku dan katakana bahwa kamu sudah tidak mencintai aku. Bahwa kamu sudah melupakan aku. Ini dapat membantuku bangun dari mimpiku tentang kita. Aku mohon, Raihan.”

            Raihan terteguh kaku mendengar perkataan Romlah. Kata demi kata dicernanya baik-baik. Betapa senang mendengar bahwa Romlah masih mencintainya. Ingin dia berkata bahwa dia juga mencintai Romlah. Namun keadaan tidak memungkinkannya berkata demikian. Ditatapnya wajah Romlah, ada kesungguhan disetiap detail wajahnya. Raihan kenal betul bagaimana Romlah. Dia tidak akan seserius ini kalau memang hal ini tidak penting.

            Lalu apa yang akan dikatakan Raihan? Bagaimana dengan Fahmi bila Romlah dan Raihan bersatu? Stay tune.. *kecupbasah

Minggu, 05 Januari 2014

Romlah Yang Dulu Bukanlah Yang Sekarang

 

 

Kamu yang dulu bukanlah yang sekarang.. Jreennngg Jreeeennggg *GoyangBangJali.. Judul tulisan gue kali ini emang terinspirasi dari judul lagu Tegar, tapi sumpah ini gak ada hubungannya sama Tegar. Walau Romlah selalu “Tegar” menghadapi masalah. :p

Kali ini gue mau ngebahas beberapa perubahan karakter Romlah setelah disandingkan dengan Fahmi. Mungkin dengan tujuan mengimbangi karakter Fahmi yang ingin diciptakan Pak Imam sangat berbeda dengan karakter Raihan yang dulu diimbangi Romlah. Klo ngomongin RF (sebutan untuk Romlah-Fahmi) tentu tidak akan terlepas dari RomRei. Kedua pasangan ini akan selalu dibandingkan walau tak selalu bisa dibandingkan. Mereka punya warna yang berbeda. Dan Romlah yang akhirnya harus menjadi bunglon. :D

Setelah berdiskusi panjang kali lebar kali tinggi dengan temen gue, Melina, akhirnya kita gak juga nemuin titik temu. Gimana mau ketemu, setiap ngebahas RF Melina akan dengan sinis dan jutek menjawab semua pertanyaan dan pernyataan yang gue kasih. Melina itu RomRei Lovers forever. Hahaha :D Klo lo mau buktiin silahkan mention ke twitternya dan tanyakan masalah RF, klo gak dijawab sinis dan jutek ya gak dijawab sama sekali :p Tapi klo lo ngebahas RomRei, Melina akan negadenin lo dengan semangat 45.. *MaafMel

Oke lupakan Melina, gue merasakan beberapa perubahan yang dilakukan terhadap karakter Romlah yang sekarang. Walau bukan perubahan yang berarti namun cukup mendasar menurut gue. Bagi lo yang nonton kisah ini dari RomRei lalu beralih ke RF tentu akan merasakan beberapa perubahan tersebut. Mungkin gue bakal bantu menjabarkannya satu per satu, klo merasa kurang atau tidak setuju bisa menambahkan di kolom komentar ataupun mention ke twitter gue :D

Mulai yaaa… 1….. 2….. 3…. Doooorrrrrrr….

1.      Ini cukup mendasar menurut gue. DEWASA. Sikap Romlah yang satu ini amat terlihat saat masih menjalankan kisah RomRei. Romlah terlihat sebagai orang yang memegang prinsip dan elegan. Kesan sebagai bisniswomen yang berhasil terlihat jelas dari caranya berbicara dan bersikap. Sedangkan sekarang menjadi KEKANAK-KANAKAN. Hal ini terlihat dari cara Romlah menyelesaikan masalah dengan Fahmi. Mungkin memang karena karakter Fahmi yang juga akan dibuat seperti itu. Balik lagi kata gue MENGIMBANGI.

2.      CEPLAS-CEPLOS. Sesungguhnya karakter ini sudah ada sejak dulu. Namun biasanya akan keluar saat Romlah berhadapan dengan Kardun bukan dengan Raihan. Sedangkan dengan Fahmi, Romlah seperti menghadapi Kardun kedua. Gaya berbicara yang digunakan tidak lagi menggambarkan Romlah sebagai wanita karir yang sukses. Hal ini membuat tak ada beda antara RF dengan RK (sebutan untuk Romlah-Kardun).

3.      ROMANTISME. Romlah yang selalu tersipu malu saat mengahadapi Raihan yang romantis jelas menghilang tanpa jejak. RomRei selalu menggambarkan sisi romantis yang berkelas. Romantis ala pengusaha sukses yang tidak pasaran. Penggambaran romantis yang sederhana namun mengena itu sungguh patut diacungi jempol. Tatapan hangat, pegangan tangan bahkan sebatas kata-kata penuh perhatian mampu membius para penonton. Tak pernah ada adegan yang berlebihan, semua pas sesuai porsinya. Sedangkan sekarang tentu juga menyuguhkan adegan roomantis, terlebih RF sudah resmi menjadi suami istri. Namun klo diperhatikan, adegan romantis yang diberikan selalu menggantung diakhir. Hal ini karena setiap adegan romantis RF, Romlah atau Fahmi terkadang tak mampu menahan tawa yang mungkin terjadi sesaat sebelum pengambilan gambar. Senyum yang seharusnya tidak dihadirkan terlihat diwajah mereka. Bila dibandingkan, memang antara pemain ini memiliki cara kedekatan yang berbeda. Coba perhatikan twitter mereka.

 

4.      TUKANG NGAMBEK. Romlah yang dulu, suka ngambek sama Raihan klo ada sesuatu yang dia gak suka. Walau tak selalu menggunakan kata-kata, kesan ini dapat terlihat dari wajah Romlah. Seperti saat Raihan berpamitan hendak berlebaran di Kuala Lumpur, Romlah dengan berat hati merelakan kepergian Raihan dengan muka cemberut. Dan Raihan yang saat itu berhubungan via telepon dengan Romlah dapat merasakannya dengan menanyakan beberapa kali tentang ijin yang diberikan Romlah. Romlah yang seperti ini mampu membuat penonton menjadi gemes :D. Klo sama Fahmi sepertinya Romlah harus siap menjadi yang diambekin. Karena Fahmi akan menjadi tukang ngambek yang kekanak-kanakan.

 

5.      MANJA. Manja disini bukalah orang yang bergantung pada orang lain atau tidak mampu melakukan apapun sendiri. Manja disini artinya Romlah yang selalu ingin keinginannya dikabulkan oleh Raihan dengan cara yang manis. Pembawaan Romlah yang tenang mampu mengalahkan keegoan Raihan sebagai laki-laki dewasa dan memiliki kuasa. Cara Romlah yang selalu meminta dengan manja mampu membuat Raihan bertekuk lutut. Seperti saat Raihan ingin mengadakan pesta besar untuk pernikahan mereka. Romlah dengan tenang dan manja mengungkapkan keinginannya. Walau Raihan tak langsung menyetujui, Romlah bersikap manja dan manis menggenggam tangan Raihan dan menatapnya memohon hingga Raihan luluh. Yang terpenting bagi Raihan adalah kebahagiaan Romlah. Sedangkan dengan Fahmi sepertinya Romlah harus siap menjadi sandaran dan pemeran utama dalam rumah tangga mereka. Karena sikap Fahmi yang berubah-ubah membuat keputusan yang dibuat tidak tegas. Hal ini terlihat saat RF bertengkar masalah orang tua Fahmi yang ingin tinggal bersama mereka. Bukannya menyelesaikan masalah dengan berdiri didepan menghadapi mamanya, Fahmi malah menyuruh Romlah untuk berbicara dengan mamanya agar membatalkan niatnya itu.

 

Gue rasa untuk sementara segini dulu deh. Agak bingung juga memilah-milah kisah mereka menjadi satu hal yang dibandingkan. Seperti kata gue diawal, mereka itu memang akan dibandingkan namun tak selalu bisa dibandingkan. Tapi gue masih menaruh kepercayaan dan harapan akan kisah RF. Setidaknya karena tidak akan mungkin lagi kisah RomRei berlangsung. Apa kata dunia klo Romlah harus nikah untuk keempat kalinya? Gue aja sekali juga belum. *Curcol. :D