Translate

Sabtu, 23 November 2013

KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 1


Sebelum kisah ini dimulai, sebagai penulis gue gak punya maksud apapun untuk membuat cerita ini. Ini hanya sebagai ungkapan rasa kecewa atas kisah yang tak sesuai harapan. Ini hanyalah bentuk khayalan dari gue dan temen gue, Melina. Semoga menghibur…


“Halo, Romlah. Aku akan jemput kamu siang ini. Kita akan Fitting baju pengantin” Ucap Fahmi langsung tanpa basa-basi. “Tapi hari ini Saya kedatangan tamu. Bisa kita undur?” Romlah mencoba menolak. Sampai saat ini dia belum yakin akan keputusannya untuk menikah namun juga enggan untuk menolak semua ini. “Tapi aku sudah buat janji” Fahmi terus memaksa. Namun karena tamu yang akan datang adalah saudaranya, Romlah tetap tidak bisa.
“Baiklah klo begitu. Besok aku akan buat janji lagi. Namun kali ini kamu tidak boleh menolak” Fahmi akhirnya mengalah. Hari ini Romlah kedatangan kakak sepupu yang akan menitipkan anaknya untuk tinggal bersama Romlah. Mereka harus pindah ke Jerman, namun sang anak tidak mau mengikuti orang tuanya.
“Makasih ya kamu udah mau bantu kita untuk menjaga ZeeZee” Ibu ZeeZee merupakan kakak sepupu Romlah, dia tidak tega bila harus meninggalkan ZeeZee sendirian di Jakarta. Oleh karena itu, dia menitipkan ZeeZee pada Romlah yang dia tahu kini tinggal sendiri. “Gak Kenapa-kenapa kok, mba. Aku malah seneng jadi ada yang nemenin.” Romlah tersenyum menyambut mereka. “ZeeZee kamu gak boleh nakal. Harus nurut apa kata tante Romlah” ZeeZee yang hanya terdiam sejak masuk rumah Romlah hanya mengangguk menanggapi perkataan Papanya.
Setelah kedua orang tua ZeeZee pamit, ZeeZee mendatangi Romlah yang masih berdiri di teras rumah. “Tante, aku tinggal di apartement aja ya.” ZeeZee memasang wajah memelas. Sepertinya dia tidak nyaman bila harus hidup menumpang. “Kenapa Zee? Kamu kan bisa tinggal disini aja. Sekalian nemenin tante kan. Kamu kan tahu om Oji lagi di Aussie jadi tante tinggal berdua bareng Romi. Kan kalau ada kamu jadi rame.” Romlah mencoba menjelaskan sambil tersenyum. Dia tahu tak mudah bagi ZeeZee untuk menerima ini semua, namun ada hal lain yang tak diketahui Romlah. “Tapi kan tan…” ZeeZee tetap berusaha memohon namun Romlah tetap pada pendiriannya. Tidak mungkin dia melepas ZeeZee begitu saja sedangkan orang tua ZeeZee sudah menitipkan semua pada Romlah.
“Mungkin alangkah lebih baik kamu coba dulu untuk tinggal disini. Kedepannya kita liat lagi” Romlah mencoba bijaksana. Dia tahu anak seumur ZeeZee akan sulit dikendalikan bila diberikan peraturan yang terlalu ketat. Dengan muka kecewa ZeeZee langsung menuju kamar yang telah disediakan. “Mana mungkin gue bisa tahan hidup ama tante Romlah. Dia kan orangnya cerewet, suka ngatur. Bisa kacau hidup gue. Gimana ya caranya bisa pindah dari sini?” ZeeZee terus berpikir keras. Sedangkan di tempat lain Romlahpun tampak berpikir keras. Bukan memikirkan ZeeZee namun memikirkan keputusannya. Semuanya sudah rapi tinggal pelaksanaan, akankah semua harus ia akhiri atau melanjutkan apapun yang terjadi. Romlah dilema.
“Raihan, kenapa sih kamu tinggalin aku? Andai kamu yang hendak menikahiku mungkin aku gak akan merasakan semua ini. Pasti aku akan melalui persiapan ini dengan senang hati, bukan dengan perasaan tertekan seperti ini.” Romlah tampak masih menyesali semua yang terjadi. Dia tahu kalau apapun yang terjadi sudah menjadi kehendak Allah SWT namun andai dia bisa memohon mungkin hanya Raihan nama yang dia sebut dalam doa agar menjadi imam dalam hidupnya. “Raihan, klo kamu memang jodoh aku, aku mohon kembalilah untukku. Walau sekuat apapun aku mencoba melupakanmu, kuakui aku tak mampu sedikitpun melupakanmu. Kali ini aku mohon, selamatkan aku dari semua ini.” Tanpa terasa air mata Romlah mengalir dengan deras. Sebanyak apapun air mata yang Romlah berikan, Raihan tak kunjung kembali.
***
Hari ini Romlah memenuhi janjinya untuk fitting baju pengantin bersama Fahmi. Fahmi yang datang lebih cepat dari waktu yang dijanjikan terpaksa harus menunggu Romlah yang sedang merapikan diri. Disaat itu, ZeeZee yang baru pulang sekolah menemui Fahmi di teras rumah. “Om ini pacarnya tante Romlah ya?” ZeeZee mencoba membuka percakapan. “Iya. Kamu keponakannya tante Romlah yang sekarang tinggal disini ya?” Fahmi mecoba ramah pada ZeeZee walau sebagai psikolog dia tahu tak dapat balasan yang sama. “Iya. Kenapa?” Jutek merupakan salah satu sifat ZeeZee yang paling menonjol. Dia tak dapat menyembunyikan rasa yang ada dihati. Sesungguhnya sifat ini sama denga sifat Romlah. “Kamu cantik” Fahmi mencoba mencairkan suasana.
“Gak usah sok care deh. Om pikir aku gak tau apa yang om pikirin? Gak usah sok baik didepan aku.” ZeeZee semakin menunjukan rasa ketidaksukaannya pada Fahmi. Dia tak tahu apa sebab pasti, namun dia yakin lelaki dihadapanya ini bukan orang yang baik untuk tante Romlah. Tanpa mereka sadari Romlah sudah berada didekat mereka. “Zee, kamu udah pulang? Oh iya tante mau pergi sebentar kamu gak kenapa-kenapa kan tante tinggal?” ucap Romlah sambil mengusap kepala ZeeZee. “Gak kenapa-kenapa kok, tan. Santai aja.” ZeeZee dengan langkah santai masuk kedalam rumah meninggalkan Romlah dan Fahmi. “Yaudah kita berangkat yuk.”
Ketika memasuki rumah, ZeeZee merasakan ada sesuatu yang salah. Entah mengapa dia merasa tak ada cinta diantara Romlah dan Fahmi. Mungkin lebih tepatnya cinta Romlah untuk Fahmi. Tatapan mata tentu tak mampu membohongi. Seketika melewati ruang kerja Romlah, ZeeZee penasaran dengan semua yang dia rasakan. “Semua harus gue selidikin sebelum terlambat. Kasian tante Romlah klo sampai harus gagal lagi.” Dengan hati-hati ZeeZee memasuki ruang kerja Romlah. Setelah menyapu semua sudut ruangan dengan tatapan mata tajamnya, ZeeZee menemukan sesuatu yang aneh. Di meja kerja Romlah terdapat foto laki-laki, namun dapat dengan jelas dia pastikan itu bukan Fahmi. Lalu siapakah dia?
***
            Setelah tiba di mall, Romlah dan Fahmi langsung menuju butik tempat mereka akan melakukan fitting. Ketika hendak memasuki butik, tanpa sengaja mereka menabrak seseorang. “Maaf, Pak. Saya tidak sengaja”. Dengan perasaan bersalah, Romlah meminta maaf berkali-kali. ”Tidak kenapa-kenapa kok. Justru saya yang tidak melihat.” Dengan senyum yang mengembang Romlah menatap laki-laki yang baru saja ditabraknya. Seketika senyumnya berubah. Wajahnya menjadi tegang. “Raihan….” Laki-laki yang dipanggil Romlah dengan Raihan hanya menatap kaku. Romlah dan Raihan hanya bertatapan tanpa mampu berkata. Fahmi yang menyadari kejadian ini mencoba menyadarkan Romlah. Dia menggenggam tangan Romlah. “Sayang, Kamu gak kenapa-kenapa kan?” Ditatapnya Raihan dengan tatapan sinis.
Raihan yang menyadari gengaman tangan dan tatapan sinis Fahmi merasa bersalah. Ditengah suasana tegang antara mereka bertiga, muncul seorang gadis secara tiba-tiba memeluk Raihan. “Papa, maaf ya nunggunya lama. Tadi toiletnya ngantri.” Gadis yang tak tahu apa-apa ini heran. “Pap, Papa gak kenapa-kenapa kan?” Dengan panik dia memegang wajah Raihan. “Papa gak kenapa-kenapa kok, Irene. Yuk kita pulang.” Raihan yang tersadar langsung menarik tangan Irene untuk meninggalkan Romlah dan Fahmi.
Siapakah Irene dalam hidup Raihan? Bagaimana dengan kisah Romlah dan Fahmi selanjutnya? Akankah Raihan kembali kedalam hidup Romlah? Stay tune.. *kecupbasah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar