Translate

Minggu, 21 Juli 2013

Kelanjutan Kisah Boss Romlah dan Reihan

Gue buat tulisan ini ditengah kegalauan tentang kisah Romlah dan Reihan. Kalian bayangin aja dari Reihan balik ke Jakarta kira-kira 3 minggu lalu sampe sekarang mereka jelas-jelas bertemu cuma sekali. Adegannya juga cuma pandang-pandangan, pegangan tangan, Reihan yang nanyain kabar Romlah lalu di putus oleh Romlah yg tiba-tiba masuk ke dalam rumah... NGEGANTUNG ABIS...

Romlah yang kembali galau karena bertemu Reihan tak juga dapat menentukan sikap. Hali ini diperparah oleh sikap Oji a.k.a Ben Kashafani yang tak kunjung mau mempertemukan Reihan dengan Romlah. Kalo gue berada di posisi Oji mungkin gue akan melalukan hal yang sama. Ya adik mana sih yang mau kakaknya ditinggalin dan disakitin begitu eh tanpa eling-eling dateng lagi. Tapikan harusnya Oji juga sadar kalo obat buat Romlah itu ya cuma Reihan. Kalo ini terjadi di dunia nyata mungkin tak akan seribet ini.. Entahlah...

Reihan udah beberapa kali berusaha menemui Romlah tapi ada aja yang menghalangi. Mulai dari Kardun, Hari, Oji sampai si dua sejolo Tarmiji dan Malih. Sumpah ya gue geregetan banget. Jika dibandingkan sama kisah lain di Sinerton TBNH ini kayaknya konflik ini yang paling lama selesainya. Terlalu bertele-tele....

Bahkan saat Reihan udah didepan Rumah Romlah tetep aja gak ketemu gara-gara berantem sama Kardun dan keburu ketauan Oji. Ntah sampai kapan konflik ini akan berakhir. Ya setidaknya akan diganti konfik lain sehingga lebih dinamis dan berwarna. Misalnya Romlah baikkan dan jadian lagi sama Reihan trus dr. Fahmi yang tetep deketin Romlah. Atau apapun itu yang penting konflik ini cepat selesai.

Dari Romlah galau sampai udah cantik lagi, Reihan belum juga ada jalan. Dari mang Ojo yang belum direstuin sampe udah mau nikah, Reihan belum juga ketemu Romlah. Dari Toha belum dateng sampai nempel kayak perangko sama H. Muhidin, Reihan belum juga bisa memberikan penjelasan. Dari... Dari.. Dari.. Ah pokoknya dari semuanya konflik Romlah-Reihan belum juga selesai.

Bukan mau memaksakan kehendak, tapi alangkah baiknya bagian produksi mendengarkan pendapat penonton seperti sayaa... hihihihhihi

Mudah-mudahan tulisan gue setelah ini udah tentang kisah bahagia Romlah-Reihan yaaaa...

See You #TeamReihan #TeamRomlah

Jumat, 19 Juli 2013

Surat Sahabat

telah cukup lama kita bersama..

menjalani hari-hari kita disini penuh duka maupun suka...

tapi tak disangka semuanya harus diakhiri juga..

 

untuk kalian para sahabat yg akhirnya akan pergi

demi cita-cita,

aku hanya dapat berdoa semoga kalian dapat sgala

yg diimpikan..

 

percayalah sahabat aku kan tetap disini

menanti senyuman kalian kembali..

seperti dulu

saat pertama kali kita semua bertemu..

 

jika kelak kalian dapatkan sahabat baru disana

jangan lupakan persahabatan kita yg pernah ada..

satu yang ku inginkan

ceritakan pada mreka tentang pahit manisnya persahabatan kita..

 

bagiku sulit mendapatkan sahabat

seperti kalian yg sudah sempat ku kenal..

terima kasih juga buat kalian yg juga pernah menghiasi

hari-hari ku disini..

 

kalian yang terbaik

buat ku hari ini dan slamanya...

kalian yang terindah

tak kan ada yg dapat menggantikannya...

 

salam dari sahabat..

semoga berhasil meraih cita & cinta :)

Kamis, 18 Juli 2013

Selamat Hari Ibu, Mama! Benarkah Mama Perlu Pelumas dan Doyan Makan Apel Malang?

Aku tercekat. Berita apa lagi di layar kaca ini? Baby sitter ku asyik menonton televisi sambil tangannya memegang sendokberisi suapan nasi. Telor dadar dan sayur bayam siap diberikan ke dalam mulutku. Aku belum bisa membaca tetapi aku sanggup mendengar, menyimak segala situasi di sekelilingku. Semua orang ribut hari ini adalah Hari Ibu. Ada bunga di mana-mana, ada puisi di mana-mana. Tiba-tiba seorang ibu mendapat tempat yang sangat khusus hari ini. Bahkan mama, ibuku ini, sejak pagi sudah repot memanggil tukang salon si banci yang pakai anting-anting sebelah itu, untuk menyanggul rambut ibu dan ditancap bunga melati melingkar penuh. Mama akan menghadiri upacara Hari Ibu gede-gedean. Kembali ke kata-kata si pembawa berita televisi. Nama mama disebut lagi, sebagaimana hari-hari sebelumnya. Kini berita bertambah satu, ada pelumas yang dibutuhkan mama. Hah? Pelumas apa’an ya? Bukankah dulu papa sering ke bengkel beli minyak pelumas untuk motor gedenya, atau untuk mobilnya? Mama, kata si penyiar televisi, selain menyebut apel Malang yang harus dikirim segera, kini ternyata minta juga pelumas, melalui mulut orang lain. Duh, tak ada habis-habisnya urusan mama. Rumah mewah, sofa keren, mainanku yang satu kamar penuh, apakah dibeli dari urusan permintaan apel Malang dan minyak Pelumnas? Mama memang cantik, dia sadar penuh hal itu. Mama tertawa-tawa di depan orang banyak, padahal asap rokoknya mengepul tiap hari lewat pipiku. Kalau papa masih hidup, tentu akan dilarang keras ia merokok dekat-dekat anaknya. Mama semakin menjadi perokok berat sejak papa tiada. Gundah gulana ia lampiaskan di batangan rokok yang menyala-nyala sepanjang waktu itu. Mama tetap ibuku. Baik buruk, ia tetap menjadi sejarah yang terukir pada kalbuku. Mengapa mama begitu bodoh melakukan banyak tindakan yang tak sesuai dengan tatakrama kehidupan yang patut? Papa, tahun lalu dengan bawel melarang ini itu, dan aku tahu persis itu yang membuat mama gerah, kesal, dan amarah meluntap sepanjang hari. Mama tak perduli mempermalukan papa saat tamu sebanyak 30 orang itu sudah datang di rumah untuk memestakan keluarga mama bernatalan yang khusus dibuat oleh papa sebagai tanda toleransi beragama. Ia pergi, ngabur seharian, pulang sudah menjelang maghrib, lalu ngabur ke kamar atas, tanpa keluar lagi sampai tamu bubar. Musik keroncong yang dipanggil papa, juga pohon natal berlampu kerlap kerlip bagai saksi bisu, untuk kejadian tahun lalu yang memalukan itu. Mama seakan memang benci sekali kepada papa pada saat itu. Mempermalukan papa di depan orang banyak, seakan-akan menjadi tujuan utamanya. Dan ia memang tidak perduli. Muka papa memerah sekelilingnya menahan malu di depan para tamu, sanak keluarga, yang juga tahu persis kejadian itu namun kini bungkam seribu bahasa bila ditanya. Mama mencari-cari paspor yang entah dimana ia simpan.

Esoknya, saat papa meleng, mama kabur ke Malaysia bersama rombongan terhormat. Tanpa izin suami, tanpa permisi. Papa terpekur di sofa dekat kolam renang. Sedih! Ia merasa dihina. Apalagi sebagai nakhoda rumah tangga, yang tak dimintai izin atas kepergian istri, alangkah sakit hatinya. Papa menghubungi seseorang, menangis sejadi-jadinya. Namun saat itu ia malah ditegur keras, dianggap kurang bersabar, kurang lembut terhadap istri. Aku masih ingat kata-kata papa saat mengadu, “Aku menasihatinya hampir tiap hari, hati-hati jangan mudah menerima hadiah ini itu serta sumbangan yang penuh misteri, itu tidak baik dan berbahaya. Hidup sebegini sudah seharusnya bersyukur…., tapi istri aku marah, tidak suka diatur-atur. Urusan anak begitu pula, dia sering membedakan kasih sayang terhadap anak- anak..” Aku menyimak dan menyimak terus. Lalu, berkat disabari oleh orang tempat ia mengadu, papa dianjurkan tetap membeli kado, membeli bunga cantik untuk ulang tahun mama di akhir bulan. Semula papa tidak mau tapi tetap dibujuk dengan sabar, dan berhasil. Ada tiga jambangan bunga indah di atas meja panjang, saat mama Ulang Tahun. Ia bangun tidur, bunga sudah tersedia. Cincin berlian begitu pula…., namun saat pesta berlangsung, mama tetap sengaja bernyanyi keras-keras di depan para tamu diiringi musik, “Pulangkan saja … aku pada ayahku…..!” Duuuh… mama… mama….., aku tidak sampai hati melihat papa terpekur di sudut tangga. Si pembujuk papa tak kehilangan akal.

Dimainkanlah lagu-lagu cinta, dan disodorilah keduanya ke tengah lantai untuk berpelukan, berdansa dengan rapat-rapat. Itulah cara mencairkan suasana dan api yang menyala. Sebelumnya, bahkan di tengah pesta, mama masih bercerita kepada teman-teman dekatnya, bahwa ia sudah tidak tahan lagi menghadapi sang suami yang bawel, penuhaturan, dan cerai adalah jalan terindah baginya. Bahkan akhirnya mama menyiapkan pengacara, berkata kepada berbagai teman dekatnya tentang rencana itu, di balik punggung pemburu berita. Itu semua adalah cerita tahun lalu. Ya, tahun lalu di bulan Desember sebelum papa terjembab di dekat kaki piano seberang kaca di ruang keluarga. Lalu muncullah berita duka. Papa pergi selamanya…., masyarakat luas berduka, aku apalagi. Mama, kemudian mengobral air mata sepanjang hari, dan pesta sana-sini untuk peluncuran buku, untuk ulang tahun anak-anaknya, dan rajin datangke studio layar kaca. Kedukaan, kecintaan kepada papa luar dalam, kesetiaannya, semua diumbar dengan bebasnya. Orang tentu bersimpati. Lama-lama bercuriga. Lama-lama menjadi bahan tertawaan. Mama, apa pun juga, engkau tetap ibuku. Apa pun juga. Urusan Tuhanlah nanti, yang menakar segala baik burukmu, kesucian niatanmu atau pedustaanmu. Selamat Hari Ibu, mama ! Aku masih tetap berharap banyak panutan yang bisa kupetik dari kisahmu. Yang buruk akan kutinggalkan. Yang baik akan menjadi bekalku sampai jauh ke seberang sana usiaku nanti. I Love You, mama…..! Papa…., semoga aku tetap bisa selamanya berbakti kepada mama…, meski di hari-hari terakhir papa, mama tetap melukai hatimu…..

Cobalah Mengerti

jika saya bercerita sekarang

maka itu hanya akan membuat sebagian orang memaklumi saya

dan sebagian lagi akan tetap menyalahkan saya

 

tetapi itu juga akan membuat mereka memaklumi dunia

yang seharusnya tidak dimaklumi. dan tidak ada yang dapat

menjamin apakah semua dapat memetik hal yang baik dari

kemakluman itu, atau hanya akan mengikuti keburukannya

MAKA SAYA LEBIH BAIK DIAM

 

jika saya bersuara sekarang

maka itu hanya akan membuat saya terlihat sedikit lebih baik

dan beberapa lainnya terlihat sedikit lebih buruk sebenarnya

MAKA SAYA LEBIH BAIK DIAM

 

jika saya berkata sekarang

maka akan hanya ada caci maki dari lidah ini

dan teriakan kasar tentang kemunafikan

serta cemoohan hina pada keadilan

MAKA SAYA LEBIH BAIK DIAM

 

saya hanya akan bercerita kepada Tuhan

bersuara kepada yang berhak

berkata kepada diri sendiri

lalu diam kepada yang lainnya

lalu biarkan seleksi tuhan bekerja pada hati setiap orang

Sabtu, 06 Juli 2013

Boss Romlah a.k.a Nova Soraya (Tukang Bubur Naik Haji The Series)

 

Gue bukan pengikut setia sinetron Tukang Bubur Naik Haji (dulu). Tapi entah kenapa gue jadi tertarik sama ini sinetron. Bukan karena pemainnya yang tampan dan cantik, kemewahan atau apapun embel-embel yang biasa mengiringi sinetron di negeri ini. Tapi lebih karena kesederhanaan ceritanya dan karakter para pemainnya.

Setiap pemain memiliki karakter yang kuat sehingga setiap bagian cerita memiliki keseruanya masing-masing. Kisah cinta Robby dan Rumana, Rere dan Rahmadi dan lain-lain. Dari sekian banyak bagian cerita dalam sinetron ini, yang paling gue suka yaitu pas scene Romlah atau yang lebih dikenal dengan Boss Romlah. Jujur gue gak tau asal muasal panggilan ini. *klo ada yg tau kasih tau dongg... Tapi tetep aja bikin gue ketawa. Agak aneh apa lagi yang manggil adalah mantan suaminya yaitu Kardun.

Romlah itu kadang ramah, kadang nyebelin, kadang gemesin ah banyak deh. Disamping wajah manisnya plus rambutnya yg gue suka, aktingnya suka bikin gue gemes. Jargon Kurang nganga... Lebiiihhh nganga... menjadi ciri khas tersendiri. Bahkan jargon ini ada loh MP3 yang bisa di download, kalo gak salah mah sempet mau dibuat jadi iklan tapi entah deh jadi apa gak... Gue selalu ketawa tiap scene ini... 

" Boss Romlah" "kurang ngangaaa" "Bosss Romlaaaahhh" "lebih ngangaaaaa" Bosss Romlaaaaaaahhhhhh" " jadi?" "Bosss Romlaaaaahhhhh" HAhahahahah

Eh muncul deh kisah percintaan bos Romlah... Yg jelas bukan sama Kardun tapi sama Raihan a.k.a Ashraf Sinclair. Kisahnya so sweet banget. Mereka saling mencintai. Tapi yg namanya sinetron gak mungkin berjalan mulus. *terkadang lebih suka direbetin sih. bayangin Romlah yang lagi anget-angetnya ama Reihan eh harus diputus cuma gara-gara status Romlah yang janda 1 orang anak.. *Helooo jaman sekarang masih berpikir picik....

Kegalauan Romlah berjalan beberapa episode. Terus terang gue ikutan galau dibuatnya. tapi kurang seimbang karena hanya Romlah yang dilihat galau sedangkan Raihan entak bagaimana.. *apa upin ipin selalu menang? Baiklah kita tidak usah bawa hal-hal ini. Lagian ini bukan pertandingan sepak bola.. *mulai ngaco

Bukan sinetron namanya klo kehabisan ide. ditengah Kegalauan Romlah yang tak kunjung dapat melupakan Reihan, datanglah Dr. Fahri yang berperan sebagai pskiater yang ceritanya jadi tempat curhat Romlah. eh si Dokter malah naksir ama Romlah.

Nah ceritanya Raihan juga gak bisa lupain Romlah dan memutuskan kembali ke Jakarta.. Kira-kira Raihan ketemu lagi ga yaa sama Romlah??? Apa cinta Romlah sudah berpaling pada dr. Fahmi?? Atau akhirnya Romlah kembali pada Raihan?? Kita tunggu aja kelanjutannya... Tapi klo gue boleh jujur gue lebih suka Romlah ama Raihan... *peace #TeamRaihan