Translate
Minggu, 21 Juli 2013
Jumat, 19 Juli 2013
Surat Sahabat
telah cukup lama kita bersama..
menjalani hari-hari kita disini penuh duka maupun suka...
tapi tak disangka semuanya harus diakhiri juga..
untuk kalian para sahabat yg akhirnya akan pergi
demi cita-cita,
aku hanya dapat berdoa semoga kalian dapat sgala
yg diimpikan..
percayalah sahabat aku kan tetap disini
menanti senyuman kalian kembali..
seperti dulu
saat pertama kali kita semua bertemu..
jika kelak kalian dapatkan sahabat baru disana
jangan lupakan persahabatan kita yg pernah ada..
satu yang ku inginkan
ceritakan pada mreka tentang pahit manisnya persahabatan kita..
bagiku sulit mendapatkan sahabat
seperti kalian yg sudah sempat ku kenal..
terima kasih juga buat kalian yg juga pernah menghiasi
hari-hari ku disini..
kalian yang terbaik
buat ku hari ini dan slamanya...
kalian yang terindah
tak kan ada yg dapat menggantikannya...
salam dari sahabat..
semoga berhasil meraih cita & cinta :)
Kamis, 18 Juli 2013
Selamat Hari Ibu, Mama! Benarkah Mama Perlu Pelumas dan Doyan Makan Apel Malang?
Aku tercekat. Berita apa lagi di layar kaca ini? Baby sitter ku asyik menonton televisi sambil tangannya memegang sendokberisi suapan nasi. Telor dadar dan sayur bayam siap diberikan ke dalam mulutku. Aku belum bisa membaca tetapi aku sanggup mendengar, menyimak segala situasi di sekelilingku. Semua orang ribut hari ini adalah Hari Ibu. Ada bunga di mana-mana, ada puisi di mana-mana. Tiba-tiba seorang ibu mendapat tempat yang sangat khusus hari ini. Bahkan mama, ibuku ini, sejak pagi sudah repot memanggil tukang salon si banci yang pakai anting-anting sebelah itu, untuk menyanggul rambut ibu dan ditancap bunga melati melingkar penuh. Mama akan menghadiri upacara Hari Ibu gede-gedean. Kembali ke kata-kata si pembawa berita televisi. Nama mama disebut lagi, sebagaimana hari-hari sebelumnya. Kini berita bertambah satu, ada pelumas yang dibutuhkan mama. Hah? Pelumas apa’an ya? Bukankah dulu papa sering ke bengkel beli minyak pelumas untuk motor gedenya, atau untuk mobilnya? Mama, kata si penyiar televisi, selain menyebut apel Malang yang harus dikirim segera, kini ternyata minta juga pelumas, melalui mulut orang lain. Duh, tak ada habis-habisnya urusan mama. Rumah mewah, sofa keren, mainanku yang satu kamar penuh, apakah dibeli dari urusan permintaan apel Malang dan minyak Pelumnas? Mama memang cantik, dia sadar penuh hal itu. Mama tertawa-tawa di depan orang banyak, padahal asap rokoknya mengepul tiap hari lewat pipiku. Kalau papa masih hidup, tentu akan dilarang keras ia merokok dekat-dekat anaknya. Mama semakin menjadi perokok berat sejak papa tiada. Gundah gulana ia lampiaskan di batangan rokok yang menyala-nyala sepanjang waktu itu. Mama tetap ibuku. Baik buruk, ia tetap menjadi sejarah yang terukir pada kalbuku. Mengapa mama begitu bodoh melakukan banyak tindakan yang tak sesuai dengan tatakrama kehidupan yang patut? Papa, tahun lalu dengan bawel melarang ini itu, dan aku tahu persis itu yang membuat mama gerah, kesal, dan amarah meluntap sepanjang hari. Mama tak perduli mempermalukan papa saat tamu sebanyak 30 orang itu sudah datang di rumah untuk memestakan keluarga mama bernatalan yang khusus dibuat oleh papa sebagai tanda toleransi beragama. Ia pergi, ngabur seharian, pulang sudah menjelang maghrib, lalu ngabur ke kamar atas, tanpa keluar lagi sampai tamu bubar. Musik keroncong yang dipanggil papa, juga pohon natal berlampu kerlap kerlip bagai saksi bisu, untuk kejadian tahun lalu yang memalukan itu. Mama seakan memang benci sekali kepada papa pada saat itu. Mempermalukan papa di depan orang banyak, seakan-akan menjadi tujuan utamanya. Dan ia memang tidak perduli. Muka papa memerah sekelilingnya menahan malu di depan para tamu, sanak keluarga, yang juga tahu persis kejadian itu namun kini bungkam seribu bahasa bila ditanya. Mama mencari-cari paspor yang entah dimana ia simpan.
Esoknya, saat papa meleng, mama kabur ke Malaysia bersama rombongan terhormat. Tanpa izin suami, tanpa permisi. Papa terpekur di sofa dekat kolam renang. Sedih! Ia merasa dihina. Apalagi sebagai nakhoda rumah tangga, yang tak dimintai izin atas kepergian istri, alangkah sakit hatinya. Papa menghubungi seseorang, menangis sejadi-jadinya. Namun saat itu ia malah ditegur keras, dianggap kurang bersabar, kurang lembut terhadap istri. Aku masih ingat kata-kata papa saat mengadu, “Aku menasihatinya hampir tiap hari, hati-hati jangan mudah menerima hadiah ini itu serta sumbangan yang penuh misteri, itu tidak baik dan berbahaya. Hidup sebegini sudah seharusnya bersyukur…., tapi istri aku marah, tidak suka diatur-atur. Urusan anak begitu pula, dia sering membedakan kasih sayang terhadap anak- anak..” Aku menyimak dan menyimak terus. Lalu, berkat disabari oleh orang tempat ia mengadu, papa dianjurkan tetap membeli kado, membeli bunga cantik untuk ulang tahun mama di akhir bulan. Semula papa tidak mau tapi tetap dibujuk dengan sabar, dan berhasil. Ada tiga jambangan bunga indah di atas meja panjang, saat mama Ulang Tahun. Ia bangun tidur, bunga sudah tersedia. Cincin berlian begitu pula…., namun saat pesta berlangsung, mama tetap sengaja bernyanyi keras-keras di depan para tamu diiringi musik, “Pulangkan saja … aku pada ayahku…..!” Duuuh… mama… mama….., aku tidak sampai hati melihat papa terpekur di sudut tangga. Si pembujuk papa tak kehilangan akal.
Dimainkanlah lagu-lagu cinta, dan disodorilah keduanya ke tengah lantai untuk berpelukan, berdansa dengan rapat-rapat. Itulah cara mencairkan suasana dan api yang menyala. Sebelumnya, bahkan di tengah pesta, mama masih bercerita kepada teman-teman dekatnya, bahwa ia sudah tidak tahan lagi menghadapi sang suami yang bawel, penuhaturan, dan cerai adalah jalan terindah baginya. Bahkan akhirnya mama menyiapkan pengacara, berkata kepada berbagai teman dekatnya tentang rencana itu, di balik punggung pemburu berita. Itu semua adalah cerita tahun lalu. Ya, tahun lalu di bulan Desember sebelum papa terjembab di dekat kaki piano seberang kaca di ruang keluarga. Lalu muncullah berita duka. Papa pergi selamanya…., masyarakat luas berduka, aku apalagi. Mama, kemudian mengobral air mata sepanjang hari, dan pesta sana-sini untuk peluncuran buku, untuk ulang tahun anak-anaknya, dan rajin datangke studio layar kaca. Kedukaan, kecintaan kepada papa luar dalam, kesetiaannya, semua diumbar dengan bebasnya. Orang tentu bersimpati. Lama-lama bercuriga. Lama-lama menjadi bahan tertawaan. Mama, apa pun juga, engkau tetap ibuku. Apa pun juga. Urusan Tuhanlah nanti, yang menakar segala baik burukmu, kesucian niatanmu atau pedustaanmu. Selamat Hari Ibu, mama ! Aku masih tetap berharap banyak panutan yang bisa kupetik dari kisahmu. Yang buruk akan kutinggalkan. Yang baik akan menjadi bekalku sampai jauh ke seberang sana usiaku nanti. I Love You, mama…..! Papa…., semoga aku tetap bisa selamanya berbakti kepada mama…, meski di hari-hari terakhir papa, mama tetap melukai hatimu…..
Cobalah Mengerti
jika saya bercerita sekarang
maka itu hanya akan membuat sebagian orang memaklumi saya
dan sebagian lagi akan tetap menyalahkan saya
tetapi itu juga akan membuat mereka memaklumi dunia
yang seharusnya tidak dimaklumi. dan tidak ada yang dapat
menjamin apakah semua dapat memetik hal yang baik dari
kemakluman itu, atau hanya akan mengikuti keburukannya
MAKA SAYA LEBIH BAIK DIAM
jika saya bersuara sekarang
maka itu hanya akan membuat saya terlihat sedikit lebih baik
dan beberapa lainnya terlihat sedikit lebih buruk sebenarnya
MAKA SAYA LEBIH BAIK DIAM
jika saya berkata sekarang
maka akan hanya ada caci maki dari lidah ini
dan teriakan kasar tentang kemunafikan
serta cemoohan hina pada keadilan
MAKA SAYA LEBIH BAIK DIAM
saya hanya akan bercerita kepada Tuhan
bersuara kepada yang berhak
berkata kepada diri sendiri
lalu diam kepada yang lainnya
lalu biarkan seleksi tuhan bekerja pada hati setiap orang
Sabtu, 06 Juli 2013
Boss Romlah a.k.a Nova Soraya (Tukang Bubur Naik Haji The Series)
Gue bukan pengikut setia sinetron Tukang Bubur Naik Haji (dulu). Tapi entah kenapa gue jadi tertarik sama ini sinetron. Bukan karena pemainnya yang tampan dan cantik, kemewahan atau apapun embel-embel yang biasa mengiringi sinetron di negeri ini. Tapi lebih karena kesederhanaan ceritanya dan karakter para pemainnya.
Setiap pemain memiliki karakter yang kuat sehingga setiap bagian cerita memiliki keseruanya masing-masing. Kisah cinta Robby dan Rumana, Rere dan Rahmadi dan lain-lain. Dari sekian banyak bagian cerita dalam sinetron ini, yang paling gue suka yaitu pas scene Romlah atau yang lebih dikenal dengan Boss Romlah. Jujur gue gak tau asal muasal panggilan ini. *klo ada yg tau kasih tau dongg... Tapi tetep aja bikin gue ketawa. Agak aneh apa lagi yang manggil adalah mantan suaminya yaitu Kardun.
Romlah itu kadang ramah, kadang nyebelin, kadang gemesin ah banyak deh. Disamping wajah manisnya plus rambutnya yg gue suka, aktingnya suka bikin gue gemes. Jargon Kurang nganga... Lebiiihhh nganga... menjadi ciri khas tersendiri. Bahkan jargon ini ada loh MP3 yang bisa di download, kalo gak salah mah sempet mau dibuat jadi iklan tapi entah deh jadi apa gak... Gue selalu ketawa tiap scene ini...
" Boss Romlah" "kurang ngangaaa" "Bosss Romlaaaahhh" "lebih ngangaaaaa" Bosss Romlaaaaaaahhhhhh" " jadi?" "Bosss Romlaaaaahhhhh" HAhahahahah
Eh muncul deh kisah percintaan bos Romlah... Yg jelas bukan sama Kardun tapi sama Raihan a.k.a Ashraf Sinclair. Kisahnya so sweet banget. Mereka saling mencintai. Tapi yg namanya sinetron gak mungkin berjalan mulus. *terkadang lebih suka direbetin sih. bayangin Romlah yang lagi anget-angetnya ama Reihan eh harus diputus cuma gara-gara status Romlah yang janda 1 orang anak.. *Helooo jaman sekarang masih berpikir picik....
Kegalauan Romlah berjalan beberapa episode. Terus terang gue ikutan galau dibuatnya. tapi kurang seimbang karena hanya Romlah yang dilihat galau sedangkan Raihan entak bagaimana.. *apa upin ipin selalu menang? Baiklah kita tidak usah bawa hal-hal ini. Lagian ini bukan pertandingan sepak bola.. *mulai ngaco
Bukan sinetron namanya klo kehabisan ide. ditengah Kegalauan Romlah yang tak kunjung dapat melupakan Reihan, datanglah Dr. Fahri yang berperan sebagai pskiater yang ceritanya jadi tempat curhat Romlah. eh si Dokter malah naksir ama Romlah.
Nah ceritanya Raihan juga gak bisa lupain Romlah dan memutuskan kembali ke Jakarta.. Kira-kira Raihan ketemu lagi ga yaa sama Romlah??? Apa cinta Romlah sudah berpaling pada dr. Fahmi?? Atau akhirnya Romlah kembali pada Raihan?? Kita tunggu aja kelanjutannya... Tapi klo gue boleh jujur gue lebih suka Romlah ama Raihan... *peace #TeamRaihan
Langganan:
Postingan (Atom)