Sudah seminggu Romlah keluar dari
rumah sakit dan seminggu itu pula Romlah merasa hidup dalam kekangan. Raihan
berubah menjadi over protektif, semua dilayani oleh Raihan. Romlah dilarang
melakukan apapun, hidup bagai tuan putri membuat Romlah merasa jenuh.
***
Raihan
yang baru keluar dari kamar mandi dibuat terkejut oleh Romlah yang terlihat
sedang merias diri.
“Kamu
mau kemana, sayang?” Raihan bertanya sambil mendekat.
“Aku
mau ke kantor” Romlah berbalik menghadap Raihan.
“Loh,
kan udah aku bilang kalo kamu gak boleh kerja dulu.”
“Tapi
aku bosen.” Romlah memelas.
“Kalo
kandungan kamu udah kuat, kamu boleh ngelakuin apapun sesuka kamu. Tapi, please,
sekarang kamu turutin aku ya!” Raihan mencoba memberi pengertian kepada Romlah.
Romlah yang masih terduduk memeluk pinggang Raihan.
“Aku
bukan tahanan kan, bang? Aku bosen dirumah terus. Kamu aja pergi kerja mulu.
Aku kesepian, sayang!” Romlah mulai terisak.
“Sayang,
aku ngelakuin ini demi anak kita. Demi kamu juga. Aku gak mau kamu sakit.”
Raihan mengelus rambut Romlah perlahan. Romlah hanya mengangguk pelan sambil
melepaskan pelukannya.
“Yaudah,
aku ganti baju terus siapin sarapan buat kamu ya!” Romlah meninggalkan Raihan
yang tersenyum simpul.
***
Romlah
terlihat sibuk menata meja makan untuk sarapan. Irene dan ZeeZee keluar kamar
sambil sesekali bercanda. Tawa renyah mereka terdengar diseluruh bagian rumah.
"Mimi!”
ZeeZee berlari sambil mencium Romlah diikuti Irene.
“Mimi
mukanya bete gitu. Kenapa?” Irene memandang wajah Romlah lebih dekat.
“Gakpapa
kok! Yuk, kita sarapan! Nanti kalian terlambat loh!” Romlah menaruh roti diatas
piring kedua putrinya.
“Om
Oji sama tante Naf mana, mi?” ZeeZee melihat sekeliling yang tampak sepi.
“Om
Oji sama Tante Naf kan nginep di rumah kakek.”
“Kalo
papa?” Irene memandang kamar Raihan yang masih tertutup rapat.
“Bentar
lagi juga keluar.” Romlah memandang sekilas ke kamar lalu melanjutkan
aktifitasnya.
Terdengar pintu kamar terbuka, Romlah memilih cuek sambil terus mengolesi roti untuk sarapannya.
“Loh
kok, papa pake baju santai? Emang gak ke kantor?” ZeeZee memandang Raihan yang
memasang senyum manis.
Romlah yang mendengar pertanyaan
ZeeZee seketika melihat kearah Raihan.
“Loh,
kamu gak ke kantor, sayang?”
“Aku
mau nemenin istri aku tercinta hari ini. Katanya dia kesepian.” Raihan memeluk
Romlah sambil mencium rambutnya. Romlah tersipu malu atas perlakuan Raihan
ditambah pandangan bahagia ZeeZee dan Irene.
“Ciyee
papa sok romatis!” Ledek ZeeZee
“Ciyee..
Ciyee….” Timpal Irere.
Romlah dan Raihan tersipu malu.
***
Raihan membereskan beberapa
pekerjaan yang harus segera ia kembalikan ke sekretarisnya. Keluar dari ruang
kerjanya, Raihan tak melihat Romlah yang tadi tengah membereskan meja makan.
Raihan masuk ke kamar untuk memastikan keberadaan Romlah. Dilihatnya Romlah
sedang tertidur. Raihan mendekat lalu duduk dipinggir tempat tidur.
”Katanya
mau ditemenin, kok malah tidur?” Raihan mengelus kepala Romlah. Romlah hanya
membuka mata sedikit tanpa menggerakan badan.
“Aku
lemes, bang!”
“Kamu
gak kenapa-kenapa kan? Kita ke rumah sakit sekarang, ya?” Raihan spontan panic
sambil memegang kening Romlah.
“Bang,
kamu lebay deh. Aku gakpapa kok. Cuma lemes dikit doang.” Ucap Romlah lemah.
“Itu
kamu ngomong aja lemes banget. Kita ke rumah sakit aja ya sekarang,”
“Bang,
aku baik-baik aja. Kamu percaya ya sama aku. Aku Cuma butuh istirahat sebentar
aja kok.” Romlah bangkit sambil memegang tangan Raihan.
“Kamu
yakin, sayang?” Raihan kembali tenang. Dielusnya wajah Romlah perlahan, Romlah
tersenyum.
Romlah menjatuhkan kepada dalam
pangkuan Raihan. Raihan mengelus rambut Romlah perlahan sedangkan Romlah
memejamkan matanya kembali.
“Aku
kangen dimanja kamu.” Romlah menghadapkan wajah ke hadapan Raihan.
“Kamu
jangan sibuk terus dong!” Sifat manja Romlah kembali timbul.
“Ini
kan udah aku temenin.” Raihan tetap mengelus rambut Romlah.
“Aku
maunya setiap hari.”
“Kalo
setiap hari aku di rumah, yang ngurus perusahaan aku siapa?”
“Ya,
kan ada manager yang bisa ngatur semua.”
“Semuakan
harus tetep dalam pengawasan aku, sayang. Lagian kamu kok manja banget sih? Kan
kamu tau kondisinya, bu direktur.” Raihan menjentikan hidung Romlah perlahan.
Romlah memegang hidungya sambil tersenyum.
“Iya
deh. Yang penting hari ini kamu punya aku dan aku gak mau ada yang ganggu
kita.” Romlah memeluk pinggang Raihan sambil tetap tiduran.
“Kata
siapa gak akan ada yang ganggu kita?” Romlah mengangkat kepalanya mendengar
pertanyaan Raihan.
“Iiiihh
kamu mau kemana lagi sih?” Romlah merajuk sambil membetulkan posisi duduknya.
Romlah menyenderkan diri di tempat tidur sambil memajukan bibir. Raihan
mendekatkan wajahnya ke perut Romlah.
“Dek,
mimi kamu ngambek terus. Tapi tau gak kalo mimi ngambek, mimi makin cantik.
Mimi gak tau kalo yang bakal gangguin kita itu, kamu. Lagian siapa juga yang mau nemenin mimi. Papa kan
gak kerja buat nemenin kamu, ya!” Raihan mengenadahkan kepalanya sambil
tersenyum. Diciumnya perut Romlah sambil diusap perlahan.
Romlah tersenyum melihat tingkah
Raihan. Rasa syukur jelas terlihat dari wajahnya.
“Dek,
papa kamu jail. Tapi tau gak kalo jailnya papa itu yang buat mimi selalu
kangen. Dek, bilangin papa kalo mimi kangen banget. Bilangin juga kalo papa
jangan kerja terus. Papa harus sering-sering nemenin kita.” Romlah tersenyum
memandang Raihan. Raihan tersenyum lalu mencium kening Romlah.
“Aku
akan ngelakuin apapun untuk kebahagian kamu.” Romlah meletakan kepalanya di
dada Raihan.
“Aku
gak butuh apapun. Aku Cuma mau kamu tetep disamping aku. Anak-anak kita bahagia
dan akhirnya kita menua bersama.”
Tok.. Tok.. Tok..
Suara ketokan pintu
mengganggu keasyikan mereka.
“Siapa
sih? Ganggu aja!” Romlah memperbaiki posisinya sambil bersiap membuka pintu.
“Udah
biar aku aja yang buka.” Raihan bangkit menuju pintu. Setelah dibuka, ternyata
Wati telah berdiri sambil memegang sapu dan kemoceng.
“Maaf
pak Raihan, diluar ada pak Kardun.”
“Kardun?
Untuk apa dia kesini?” Raihan menunjukan ketidaksukaannya.
“Ngapain
sih dia kesini?” Romlah telah berdiri dibelakang Raihan.
“Lagian
lo juga, Wat. Ngapain lo bilang ke kita sih kalo dia dateng? Kenapa gak
langsung lo usir aja?” Romlah meninggikan suaranya.
“Sayang,
kamu gak boleh gitu. Inget kamu lagi hamil.”
“Amit-amit. Amit-amit.” Romlah mengelus perutnya.
“Yaudah,
ngapain tu orang kesini?”
“Katanya
pak Kardun mau ngomong ama bos.” Romlah memandang Raihan yang mengangguk sebagai
tanda bahwa dia setuju untuk menemui Kardun.
“Yaudah,
sayang, kita temuin aja dia. Kali aja penting.”
Raihan menggandeng tangan Romlah
menuju teras rumah. Sesampainya di teras, Kardun hanya memandang Romlah dan
Raihan bergantian. Romlah semakin mendekatkan posisi berdirinya dengan Raihan.
‘Si
bos mau manas-manasin gw kali ya! Dikira gw bakalan cemburu. Lagian ini si
loahan ngapain lagi ada di rumah? Bukannya dia harusnya kerja. Ganggu gw aja!
Gw kan mau ngobrol berduaan ama bos Romlah. Si Romlah lagi hamil main cantik
ya!’ Kardun asyik bermain dengan pikirannya sambil senyam-senyum memandang
Romlah.
“Dun,
ngapain sih lo liatin gw kayak gitu?” Romlah risih dengan tingkah Kardun.
“Sayang,
kamu tenang ya!” Raihan mengelus tangan Romlah sambil tersenyum.
“Maaf
pak Kardun, ada keperluan apa kesini?”
“Mau
tau aja lo. Lagian gw kesini mau ketemu mimi Romlah, bukan lo!”
“Bos
Romlah..” Romlah mendekati Kardun sambil memegang dasinya.
“Bos
Romlaah.”
“Kurang
nganga”
“Bos
Romlaaah.”
“Lebih
nganga.”
“Bos
Romlaaaah.”
“Jadinya..”
“Bos
Romlaaaaaaahhhhh..”
“Cakep!”
Romlah melepaskan dasi Kardun kembali ke samping Raihan.
“Raihan
ini suami gw. Jadi wajar aja kalo dia mau tau apa urusan lo dateng kesini.”
“Sayang..”
Raihan memandang romlah yang mulai emosi.
“Amit-amit.
Amit-amit.” Romlah spontan mengelus perutnya.
“Yaelah bos gak usah segitunya kali. Lagian
juga gakpapa anaknya mirip dadun. Kan dadun pria ganteng se-asia tenggara.
Daripada mirip si loahan yang gak jelas ini.”
“Raihan.
Nama suami gw Raihan. Udah ya daripada gw makin emosi mending sekarang cepetan
lo mau ngapain kesini?”
“Si
Ririn ama adeknya belum bayaran sekolah, bos”
“Trus
hubungannya ama gw apa?”
“Jadi
dadun mau ngelamar kerja lagi jadi supir bos?” Romlah dan Raihan saling pandang
mendengar perkataan Kardun.
Akankah
Romlah dan Raihan menerima Kardun kembali? Stay tune.. *kecupbasah