Translate

Senin, 02 November 2015

KISAH ROMLAH RAIHAN (Tukang Bubur Naik Haji) part 15


          Sudah seminggu Romlah keluar dari rumah sakit dan seminggu itu pula Romlah merasa hidup dalam kekangan. Raihan berubah menjadi over protektif, semua dilayani oleh Raihan. Romlah dilarang melakukan apapun, hidup bagai tuan putri membuat Romlah merasa jenuh.

                                 ***

         Raihan yang baru keluar dari kamar mandi dibuat terkejut oleh Romlah yang terlihat sedang merias diri.

“Kamu mau kemana, sayang?” Raihan bertanya sambil mendekat.

“Aku mau ke kantor” Romlah berbalik menghadap Raihan.

“Loh, kan udah aku bilang kalo kamu gak boleh kerja dulu.”

“Tapi aku bosen.” Romlah memelas.

“Kalo kandungan kamu udah kuat, kamu boleh ngelakuin apapun sesuka kamu. Tapi, please, sekarang kamu turutin aku ya!” Raihan mencoba memberi pengertian kepada Romlah. Romlah yang masih terduduk memeluk pinggang Raihan.

“Aku bukan tahanan kan, bang? Aku bosen dirumah terus. Kamu aja pergi kerja mulu. Aku kesepian, sayang!” Romlah mulai terisak.

“Sayang, aku ngelakuin ini demi anak kita. Demi kamu juga. Aku gak mau kamu sakit.” Raihan mengelus rambut Romlah perlahan. Romlah hanya mengangguk pelan sambil melepaskan pelukannya.

“Yaudah, aku ganti baju terus siapin sarapan buat kamu ya!” Romlah meninggalkan Raihan yang tersenyum simpul.

                                      ***            

      Romlah terlihat sibuk menata meja makan untuk sarapan. Irene dan ZeeZee keluar kamar sambil sesekali bercanda. Tawa renyah mereka terdengar diseluruh bagian rumah.

"Mimi!” ZeeZee berlari sambil mencium Romlah diikuti Irene.

“Mimi mukanya bete gitu. Kenapa?” Irene memandang wajah Romlah lebih dekat.

“Gakpapa kok! Yuk, kita sarapan! Nanti kalian terlambat loh!” Romlah menaruh roti diatas piring kedua putrinya.

“Om Oji sama tante Naf mana, mi?” ZeeZee melihat sekeliling yang tampak sepi.

“Om Oji sama Tante Naf kan nginep di rumah kakek.”

“Kalo papa?” Irene memandang kamar Raihan yang masih tertutup rapat.

“Bentar lagi juga keluar.” Romlah memandang sekilas ke kamar lalu melanjutkan aktifitasnya.            

   Terdengar pintu kamar terbuka, Romlah memilih cuek sambil terus mengolesi roti untuk sarapannya.

“Loh kok, papa pake baju santai? Emang gak ke kantor?” ZeeZee memandang Raihan yang memasang senyum manis.            

        Romlah yang mendengar pertanyaan ZeeZee seketika melihat kearah Raihan.

“Loh, kamu gak ke kantor, sayang?”

“Aku mau nemenin istri aku tercinta hari ini. Katanya dia kesepian.” Raihan memeluk Romlah sambil mencium rambutnya. Romlah tersipu malu atas perlakuan Raihan ditambah pandangan bahagia ZeeZee dan Irene.

“Ciyee papa sok romatis!” Ledek ZeeZee

“Ciyee.. Ciyee….” Timpal Irere.            

Romlah dan Raihan tersipu malu.

                                  ***            

      Raihan membereskan beberapa pekerjaan yang harus segera ia kembalikan ke sekretarisnya. Keluar dari ruang kerjanya, Raihan tak melihat Romlah yang tadi tengah membereskan meja makan. Raihan masuk ke kamar untuk memastikan keberadaan Romlah. Dilihatnya Romlah sedang tertidur. Raihan mendekat lalu duduk dipinggir tempat tidur.

”Katanya mau ditemenin, kok malah tidur?” Raihan mengelus kepala Romlah. Romlah hanya membuka mata sedikit tanpa menggerakan badan.

“Aku lemes, bang!”

“Kamu gak kenapa-kenapa kan? Kita ke rumah sakit sekarang, ya?” Raihan spontan panic sambil memegang kening Romlah.

“Bang, kamu lebay deh. Aku gakpapa kok. Cuma lemes dikit doang.” Ucap Romlah lemah.

“Itu kamu ngomong aja lemes banget. Kita ke rumah sakit aja ya sekarang,”

“Bang, aku baik-baik aja. Kamu percaya ya sama aku. Aku Cuma butuh istirahat sebentar aja kok.” Romlah bangkit sambil memegang tangan Raihan.

“Kamu yakin, sayang?” Raihan kembali tenang. Dielusnya wajah Romlah perlahan, Romlah tersenyum.            

        Romlah menjatuhkan kepada dalam pangkuan Raihan. Raihan mengelus rambut Romlah perlahan sedangkan Romlah memejamkan matanya kembali.

“Aku kangen dimanja kamu.” Romlah menghadapkan wajah ke hadapan Raihan.

“Kamu jangan sibuk terus dong!” Sifat manja Romlah kembali timbul.

“Ini kan udah aku temenin.” Raihan tetap mengelus rambut Romlah.

“Aku maunya setiap hari.”

“Kalo setiap hari aku di rumah, yang ngurus perusahaan aku siapa?”

“Ya, kan ada manager yang bisa ngatur semua.”

“Semuakan harus tetep dalam pengawasan aku, sayang. Lagian kamu kok manja banget sih? Kan kamu tau kondisinya, bu direktur.” Raihan menjentikan hidung Romlah perlahan. Romlah memegang hidungya sambil tersenyum.

“Iya deh. Yang penting hari ini kamu punya aku dan aku gak mau ada yang ganggu kita.” Romlah memeluk pinggang Raihan sambil tetap tiduran.

“Kata siapa gak akan ada yang ganggu kita?” Romlah mengangkat kepalanya mendengar pertanyaan Raihan.

“Iiiihh kamu mau kemana lagi sih?” Romlah merajuk sambil membetulkan posisi duduknya. Romlah menyenderkan diri di tempat tidur sambil memajukan bibir. Raihan mendekatkan wajahnya ke perut Romlah.

“Dek, mimi kamu ngambek terus. Tapi tau gak kalo mimi ngambek, mimi makin cantik. Mimi gak tau kalo yang bakal gangguin kita itu, kamu. Lagian  siapa juga yang mau nemenin mimi. Papa kan gak kerja buat nemenin kamu, ya!” Raihan mengenadahkan kepalanya sambil tersenyum. Diciumnya perut Romlah sambil diusap perlahan.            

           Romlah tersenyum melihat tingkah Raihan. Rasa syukur jelas terlihat dari wajahnya.

“Dek, papa kamu jail. Tapi tau gak kalo jailnya papa itu yang buat mimi selalu kangen. Dek, bilangin papa kalo mimi kangen banget. Bilangin juga kalo papa jangan kerja terus. Papa harus sering-sering nemenin kita.” Romlah tersenyum memandang Raihan. Raihan tersenyum lalu mencium kening Romlah.

“Aku akan ngelakuin apapun untuk kebahagian kamu.” Romlah meletakan kepalanya di dada Raihan.

“Aku gak butuh apapun. Aku Cuma mau kamu tetep disamping aku. Anak-anak kita bahagia dan akhirnya kita menua bersama.”            

 Tok.. Tok.. Tok..

      Suara ketokan pintu mengganggu keasyikan mereka.

“Siapa sih? Ganggu aja!” Romlah memperbaiki posisinya sambil bersiap membuka pintu.

“Udah biar aku aja yang buka.” Raihan bangkit menuju pintu. Setelah dibuka, ternyata Wati telah berdiri sambil memegang sapu dan kemoceng.

“Maaf pak Raihan, diluar ada pak Kardun.”

“Kardun? Untuk apa dia kesini?” Raihan menunjukan ketidaksukaannya.

“Ngapain sih dia kesini?” Romlah telah berdiri dibelakang Raihan.

“Lagian lo juga, Wat. Ngapain lo bilang ke kita sih kalo dia dateng? Kenapa gak langsung lo usir aja?” Romlah meninggikan suaranya.

“Sayang, kamu gak boleh gitu. Inget kamu lagi hamil.”

“Amit-amit. Amit-amit.” Romlah mengelus perutnya.

“Yaudah, ngapain tu orang kesini?”

“Katanya pak Kardun mau ngomong ama bos.” Romlah memandang Raihan yang mengangguk sebagai tanda bahwa dia setuju untuk menemui Kardun.

“Yaudah, sayang, kita temuin aja dia. Kali aja penting.”            

        Raihan menggandeng tangan Romlah menuju teras rumah. Sesampainya di teras, Kardun hanya memandang Romlah dan Raihan bergantian. Romlah semakin mendekatkan posisi berdirinya dengan Raihan.

‘Si bos mau manas-manasin gw kali ya! Dikira gw bakalan cemburu. Lagian ini si loahan ngapain lagi ada di rumah? Bukannya dia harusnya kerja. Ganggu gw aja! Gw kan mau ngobrol berduaan ama bos Romlah. Si Romlah lagi hamil main cantik ya!’ Kardun asyik bermain dengan pikirannya sambil senyam-senyum memandang Romlah.

“Dun, ngapain sih lo liatin gw kayak gitu?” Romlah risih dengan tingkah Kardun.

“Sayang, kamu tenang ya!” Raihan mengelus tangan Romlah sambil tersenyum.

“Maaf pak Kardun, ada keperluan apa kesini?”

“Mau tau aja lo. Lagian gw kesini mau ketemu mimi Romlah, bukan lo!”

“Bos Romlah..” Romlah mendekati Kardun sambil memegang dasinya.

“Bos Romlaah.”

“Kurang nganga”

“Bos Romlaaah.”

“Lebih nganga.”

“Bos Romlaaaah.”

“Jadinya..”

“Bos Romlaaaaaaahhhhh..”

“Cakep!” Romlah melepaskan dasi Kardun kembali ke samping Raihan.

“Raihan ini suami gw. Jadi wajar aja kalo dia mau tau apa urusan lo dateng kesini.”

“Sayang..” Raihan memandang romlah yang mulai emosi.

“Amit-amit. Amit-amit.” Romlah spontan mengelus perutnya. 

“Yaelah bos gak usah segitunya kali. Lagian juga gakpapa anaknya mirip dadun. Kan dadun pria ganteng se-asia tenggara. Daripada mirip si loahan yang gak jelas ini.”

“Raihan. Nama suami gw Raihan. Udah ya daripada gw makin emosi mending sekarang cepetan lo mau ngapain kesini?”

“Si Ririn ama adeknya belum bayaran sekolah, bos”

“Trus hubungannya ama gw apa?”

“Jadi dadun mau ngelamar kerja lagi jadi supir bos?” Romlah dan Raihan saling pandang mendengar perkataan Kardun.            

Akankah Romlah dan Raihan menerima Kardun kembali? Stay tune.. *kecupbasah